Rupanya saya yang jauh dari tanah air saja
muak melihat foto para calon wakil rakyat yang kurang jelas bahkan gak jelas di
deretan jalanan. Itu pun saya melihatnya
masih dari media online, entah bagaimana jijiknya masyarakat Indonesia yang
setiap hari bertemu dengan foto-foto yang tak lagi memiliki rasa jengah.
Lagi-lagi saya teringat salah satu ayat di surat Yusuf yang mengisahkan cara 'nyaleg' atau berkampanye ala Nabi Yusuf AS. Nabi Yusuf menawarkan dirinya kepada raja agar dijadikan bendaharawan negara lantaran Nabi Yusuf paham seluk beluk perekonomian Mesir yang nantinya akan mengalami musim subur selama 7 tahun dan musim paceklik 7 tahun berikutnya.
Lihat saja, ada caleg yang berpakaian
Superman, ada yang bermotto dengan bahasa Inggris dengan percaya diri
mengatakan "Belive to Me" yang seharusnya ada huruf 'e' sebelum huruf
'v', ada pula yang mengaitkan nomor urutnya dengan pesepak bola dunia, ada juga
yang dengan terang-terangan mengoarkan faham Aswajanya, ada yang menyebutkan
rentetan garis keturunannya, ada yang lain lagi yang lebih koplak dan sableng.
Apa karena banyaknya acara televisi kocak
yang diminati masyarakat kita, hingga para calon pemimpin kita berusaha menjadi
pelawak untuk mendulang suara rakyat meskipun beradegan berak dan beristinjak
dengan riak? -maaf bila kata-kata saya terkesan arogan-
Satu lagi yang hampir luput dari ingatan
saya, titel Haji, Kyai, Ustaz, dan simbol agamis seperti peci dan kerudung 'pembungkus' dadakan juga akrab menghiasi wajah para calon pemangku kebijakan nasib bangsa kita. Seolah-olah ingin
menunjukkan bahwa seorang Haji, Kyai, Ustaz, atau gelar dan lambang agamis lainnya mampu
menjadi obralan yang menjanjikan kejujuran, keamanahan, keadilan, hingga
kesucian.
Lagi-lagi saya teringat salah satu ayat di surat Yusuf yang mengisahkan cara 'nyaleg' atau berkampanye ala Nabi Yusuf AS. Nabi Yusuf menawarkan dirinya kepada raja agar dijadikan bendaharawan negara lantaran Nabi Yusuf paham seluk beluk perekonomian Mesir yang nantinya akan mengalami musim subur selama 7 tahun dan musim paceklik 7 tahun berikutnya.
Menariknya, dalam ayat itu Nabi Yusuf
berkata, "Sesungguhnya aku orang yang bisa menjaga (amanat) dan mengerti
(mengatur perekonomian Mesir saat melewati dua musim tersebut)." Beliau
tidak membusungkan dada dan menjual agamanya atau kenabiannya dengan mengatakan
misalnya, "Jadikan aku bendaharawan negara karena aku Nabi, dan
mendapatkan wahyu dari Allah."
Miris ketika kita dihadapkan dengan para
pemimpin yang koplak dan sableng dan juga pemimpin yang menganggap jualan agama
adalah permasalahan yang enteng dan dosanya justru membuatnya merasa anteng.
Ya, semoga masih ada orang 'bener' yang tak 'kebelinger' di negeri tercinta
kita.