Sabtu, 24 Agustus 2013

Akhlak Ulama Al-Azhar

Syekh Ahmad Tayyib menjadi Imam salat para ulama besar
1.       Pada tahun 2011, nama Syekh Hasan Syafii, salah satu konsultan Grand Shaikh Al-Azhar, tercatat sebagai salah satu Imam dan Khatib salat Jumat di sebuah masjid di kawasan Abasiyyah. Namun saat beliau hendak naik mimbar, salah seorang jamaah mencegah beliau seraya menarik dagu beliau lantaran tak berjenggot. Ia melarang Syekh Hasan Syafii untuk menjadi khatib, dan sudah menyiapkan khatib dadakan yang sepaham dengannya. Syekh Hasan Syafii yang sudah berusia senja akhirnya mengalah tanpa berkomentar sedikit pun. Dan pada hari Jumat berikutnya, beliau dipersilahkan oleh para ulama Al-Azhar untuk menjadi Imam dan Khatib salat Jumat di masjid Al-Azhar.

 2.       Keputusan Grand Shaikh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib, yang memihak pada penurunan Morsi dinilai tidak mencerminkan sikap umat Islam. Salah seorang anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar (Haiah kibar Ulama) yang bermukim di luar Mesir, menyalahkan bahkan mengklaim Syekh Tayyib dengan dakwahan yang tidak patut. Selang beberapa hari, para anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar yang lain pun melayangkan tuntutan kepada Syekh Tayyib, agar seorang ulama tersebut dihapus namanya dari keanggotaan Dewan Ulama Senior Al-Azhar, namun Syekh Tayyib menolak permintaan itu mentah-mentah. Dan masih membuka tangan untuk seorang ulama yang telah menyalahkan dan menuduh beliau yang bukan-bukan.

 3.       Melalui sebuah video ceramahnya, salah seorang dai Salafi-Wahabi mencerca habis-habisan Grand Shaikh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib, dan memprovokasi masyarakat Mesir agar menurunkan Syekh Tayyib dari jabatannya.  Namun beberapa waktu setelah itu, Ikatan Para Dai Salafi-Wahabi mengunjungi kantor Grand Shaikh, bermanis-manis menyatakan dukungan penuh atas langkah-langkah yang ditempuh oleh Al-Azhar  seraya menampik video yang jelas-jelas menyerang Syekh Tayyib. Syekh Tayyib pun tidak mempermasalahkannya dan menyambut mereka dengan segala penghormatan.

 4.       Tahun 2012, salah seorang Ulama kondang Salafi-Wahabi menghina Syekh Ali Jumah yang saat itu menjabat sebagai mufti Mesir. Dengan terang-terangan di depan layar kaca, ia menghujat bahwa Syekh Ali Jumah tidak becus menjadi mufti dan fatwa-fatwa Lembaga Fatwa Mesir jauh dari kebenaran yang digariskan Al-Quran dan Hadis. Syekh Ali Jumah tidak membalas  penistaan itu di layar kaca pula, meskipun beliau mempunyai acara di berbagai kanal televisi. Beliau malah menyerahkan masalah tersebut ke pengadilan dengan kasus pencemaran nama baik personal dan kelembagaan.

5.       Akhir-akhir ini, Syekh Ali Jumah , mantan mufti Mesir, dituduh oleh pendukung Ikhwanul Muslimin telah memberi fatwa kepada Militer Mesir untuk membunuh dan menghalalkan para pendukung Ikhwanul Muslimin. Kemarin malam beliau menampik tuduhan itu sembari mendoakan para korban yang terbunuh di kawasan Rabah dan An-Nahdlah semoga masuk surga.

“Semoga nyawa yang telah terbunuh di Rabah dan An-Nahdlah dimasukkan oleh Allah ke surga lantaran mereka tidak tahu dan tertipu oleh fatwa, doktrin dan provokasi yang salah. Bukan karena kesyahidan mereka.” harap beliau.  


Demikian sekelumit contoh realita yang telah dilakukan oleh Ulama Al-Azhar. Mereka tidak membalas balik dengan cercaan, hinaan, tuduhan, bahkan kutukan. Justru sifat pemaaf dan doa baik yang mereka kembalikan.

Tulisan ini tercipta bukan karena dilandasi oleh sifat fanatisme penulis namun tulisan ini terlahir dari rasa cinta seorang murid kepada para gurunya. Bila kita tak mampu meniru ibadah dan keilmuan para guru kita, semoga akhlak, sikap dan ucap guru kita bisa menitis pada diri kita. Amin.


NB: Sengaja nama-nama yang dimaksud di atas tidak saya sebutkan, karena salah satu sikap dan akhlak Al-Azhar adalah tidak menyebut nama orang-orang yang menyerang kita bila kita hendak memberikan sebuah contoh dan uswah kepada masyarakat dan orang lain. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar