Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan
akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di
pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita
sekalian
Allahu
Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!!!
Kurang lebih
begitulah kalimat akhir kobaran semangat Bung Tomo kepada rakyat Indonesia 68
tahun silam, saat penjajah ingin menguasai Indonesia kembali. Ya, Bung Tomo
memakai lafal Takbir, Allahu Akbar pada akhir pidatonya seraya
menguatkan keyakinan rakyat Indonesia bahwa Tuhan akan menyelamatkan Indonesia
dari hasrat kekuasaan dan kesemena-menaan penjajah.
Dan terbukti.
Arek-arek Suroboyo yang dibantu dari berbagai daerah di Jawa Timur mampu
mengusir tentara berambut pirang dengan bermodal keyakinan dan kesabaran. Tentu,
pidato Bung Tomo ikut andil, cawe-cawe, dan tak bisa dinafikan perannya dalam kemenangan
peperangan ini. Dengan kalimat Takbir, keimanan rakyat Indonesia membukit, rasa
nasionalisme mereka membuncah dan mereka tumpahkan lewat darah menir-menir
berkulit putih yang sok berkuasa.
Pemandangan ini
serupa dengan apa yang dialami oleh para Sahabat Nabi pada perang Badar. Gendarang
perang ditabuh dengan duelnya 3 utusan Kafir Quraisy versus 3 delegasi kaum
Muslimin. Dari Kafir Quraisy, majulah Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, dan
Walid bin Utbah. Rasulullah pun memanggil Ubaidah bin Al-Haris,
Hamzah bin Abdul Muthalib, dan Ali bin Abi Thalib. Dengan tanpa susah payah,
ketiga utusan Kafir Quraisy sanggup dipatahkan dan mati di tempat, walaupun
Ubaidah mengalami luka yang cukup serius.
Melihat
Hamzah dan Ali mengangkat pedang mereka berdua yang bersimbah darah, kaum
Muslimin pun bertakbir berkali-kali. Mengakui keagungan Allah yang selalu
memihak pada kebenaran. Peperangan pun pecah dan saling serang antar kedua
pihak. Kaum Muslimin saling bertautan dan bergemuruh mengucapkan kalimat Takbir
seraya mendatangi musuh. Lengkingan bunyi pedang tak menghalangi mulut mereka
berkomat-kamit menyeru kebesaran Allah.
Dan
lagi-lagi terbukti. Kaum Muslimin yang hanya berjumlah sekitar 314 mampu menumbangkan
pasukan yang terhitung di atas seribu prajurit. Kalimat Takbir menjadi sebuah
motto dan slogan untuk memenangkan lawan dan musuh Allah yang dengan
terang-terangan merobek dan menginjak-injak Islam.
Setidaknya itulah
dua cerita yang realita, bukan sebuah dongeng atau malah legenda
tentang kalimat Takbir. Namun, agaknya ada sedikit kekeliruan pada umat Muslim
pada saat ini tentang penggunaan kalimat Takbir. Rasanya, kalimat Takbir begitu
akrab dengan tindakan anarkis dan radikal. Kalimat Takbir menjadi identitas
bahwa yang mengucapkannya sudah pasti benar dan masuk surga. Bahkan yang
diteriaki kalimat Takbir, merekalah yang ditafsiri sebagai ahli
sesat dan berhak disiksa di neraka. Padahal perbedaan antara keduanya bukanlah seperti perbedaan
antara kaum Muslimin dengan Kafir Quraisy pada zaman Nabi, atau antara para
pejuang negara Indonesia dengan penjajah. Perbedaan yang dialami oleh
masyarakat dewasa ini hanyalah perbedaan politik, cara pandang, pola pikir dan
ideologi yang semestinya diselesaikan dengan cara bijaksana.
Di Indonesia kelompok A membakar rumah dan tempat
peribadatan kelompok B –yang dianggap sesat- dengan meneriakkan “Allahu
Akbar”. Di tempat lain, kelompok anu merusak fasilitas negara dan
membuat keributan dengan menyuarakan “Allahu Akbar”. Di tempat yang
berbeda, kelompok X melempari warga yang tidak sesuai dengan cara pandang dan pola
pikirnya dengan menggemakan “Allahu Akbar”. Di Mesir, Jamaah Fulaniyah
dengan pe-de nya menggemuruhkan kalimat Takbir saat terjadi baku tembak
dan lempar dengan orang-orang yang bukan termasuk dari Jamaah Fulaniyah
tersebut.
Singkatnya, kalimat Takbir bercampur-aduk dengan
kebencian yang mengepul dalam hati beberapa orang/kelompok saat ini. Kalimat Takbir
yang seharusnya diiringi dengan rasa pengakuan kebesaran dan keagungan Allah,
malah diselewengkan menjadi kalimat untuk mengungkapkan keagungan dan kebesaran
diri sendiri atau kelompok.
Perlu kita ingat bahwa kalimat Takbir adalah salah satu
dari empat kalimat yang memberatkan timbangan amal kita kelak di hari kiamat. Kalimat
Takbir adalah kalimat yang sering membasahi bibir Sahabat Umar bin Khattab
lantaran pada masa pemerintahannya, umat Muslimin mengalami kemenangan yang
amat besar. Mampu mengubur kesombongan Persia, membenam mimpi Romawi. Dan membentangkan
agama Islam hingga ke Mesir dengan cara diplomasi.
Sudah selumrahnya, kita gunakan kalimat-kalimat Tayyibah
pada tempatnya. Benar-benar kita serapi dan kaji maknanya. Tidak asal
membunyikannya tanpa ada asar dan bekas pada diri kita sendiri. Tanpa dipungkiri,
kalimat Takbir sangatlah akrab dengan perjuangan. Namun tak semua perjuangan
layak didampingi oleh kalimat Takbir.
Selamat Hari Pahlawan!!! Semoga kita mampu berjuang
melawan nafsu birahi kebinatangan kita. Allahu Akbar...
Kairo, 10 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar