Minggu, 10 November 2013

Keakraban Kalimat Takbir dan Perjuangan

Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!!!

Kurang lebih begitulah kalimat akhir kobaran semangat Bung Tomo kepada rakyat Indonesia 68 tahun silam, saat penjajah ingin menguasai Indonesia kembali. Ya, Bung Tomo memakai lafal Takbir, Allahu Akbar pada akhir pidatonya seraya menguatkan keyakinan rakyat Indonesia bahwa Tuhan akan menyelamatkan Indonesia dari hasrat kekuasaan dan kesemena-menaan penjajah.

Dan terbukti. Arek-arek Suroboyo yang dibantu dari berbagai daerah di Jawa Timur mampu mengusir tentara berambut pirang dengan bermodal keyakinan dan kesabaran. Tentu, pidato Bung Tomo ikut andil, cawe-cawe, dan tak bisa dinafikan perannya dalam kemenangan peperangan ini. Dengan kalimat Takbir, keimanan rakyat Indonesia membukit, rasa nasionalisme mereka membuncah dan mereka tumpahkan lewat darah menir-menir berkulit putih yang sok berkuasa.

Pemandangan ini serupa dengan apa yang dialami oleh para Sahabat Nabi pada perang Badar. Gendarang perang ditabuh dengan duelnya 3 utusan Kafir Quraisy versus 3 delegasi kaum Muslimin. Dari Kafir Quraisy, majulah Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah, dan Walid bin Utbah. Rasulullah pun memanggil Ubaidah bin Al-Haris, Hamzah bin Abdul Muthalib, dan Ali bin Abi Thalib. Dengan tanpa susah payah, ketiga utusan Kafir Quraisy sanggup dipatahkan dan mati di tempat, walaupun Ubaidah mengalami luka yang cukup serius.

Melihat Hamzah dan Ali mengangkat pedang mereka berdua yang bersimbah darah, kaum Muslimin pun bertakbir berkali-kali. Mengakui keagungan Allah yang selalu memihak pada kebenaran. Peperangan pun pecah dan saling serang antar kedua pihak. Kaum Muslimin saling bertautan dan bergemuruh mengucapkan kalimat Takbir seraya mendatangi musuh. Lengkingan bunyi pedang tak menghalangi mulut mereka berkomat-kamit menyeru kebesaran Allah.

Dan lagi-lagi terbukti. Kaum Muslimin yang hanya berjumlah sekitar 314 mampu menumbangkan pasukan yang terhitung di atas seribu prajurit. Kalimat Takbir menjadi sebuah motto dan slogan untuk memenangkan lawan dan musuh Allah yang dengan terang-terangan merobek dan menginjak-injak Islam.

Setidaknya itulah dua cerita yang realita, bukan sebuah dongeng atau malah legenda tentang kalimat Takbir. Namun, agaknya ada sedikit kekeliruan pada umat Muslim pada saat ini tentang penggunaan kalimat Takbir. Rasanya, kalimat Takbir begitu akrab dengan tindakan anarkis dan radikal. Kalimat Takbir menjadi identitas bahwa yang mengucapkannya sudah pasti benar dan masuk surga. Bahkan yang diteriaki kalimat Takbir, merekalah yang ditafsiri sebagai ahli sesat dan berhak disiksa di neraka. Padahal perbedaan antara keduanya bukanlah seperti perbedaan antara kaum Muslimin dengan Kafir Quraisy pada zaman Nabi, atau antara para pejuang negara Indonesia dengan penjajah. Perbedaan yang dialami oleh masyarakat dewasa ini hanyalah perbedaan politik, cara pandang, pola pikir dan ideologi yang semestinya diselesaikan dengan cara bijaksana.

Di Indonesia kelompok A membakar rumah dan tempat peribadatan kelompok B –yang dianggap sesat- dengan meneriakkan “Allahu Akbar”. Di tempat lain, kelompok anu merusak fasilitas negara dan membuat keributan dengan menyuarakan “Allahu Akbar”. Di tempat yang berbeda, kelompok X melempari warga yang tidak sesuai dengan cara pandang dan pola pikirnya dengan menggemakan “Allahu Akbar”. Di Mesir, Jamaah Fulaniyah dengan pe-de nya menggemuruhkan kalimat Takbir saat terjadi baku tembak dan lempar dengan orang-orang yang bukan termasuk dari Jamaah Fulaniyah tersebut.

Singkatnya, kalimat Takbir bercampur-aduk dengan kebencian yang mengepul dalam hati beberapa orang/kelompok saat ini. Kalimat Takbir yang seharusnya diiringi dengan rasa pengakuan kebesaran dan keagungan Allah, malah diselewengkan menjadi kalimat untuk mengungkapkan keagungan dan kebesaran diri sendiri atau kelompok.

Perlu kita ingat bahwa kalimat Takbir adalah salah satu dari empat kalimat yang memberatkan timbangan amal kita kelak di hari kiamat. Kalimat Takbir adalah kalimat yang sering membasahi bibir Sahabat Umar bin Khattab lantaran pada masa pemerintahannya, umat Muslimin mengalami kemenangan yang amat besar. Mampu mengubur kesombongan Persia, membenam mimpi Romawi. Dan membentangkan agama Islam hingga ke Mesir dengan cara diplomasi.

Sudah selumrahnya, kita gunakan kalimat-kalimat Tayyibah pada tempatnya. Benar-benar kita serapi dan kaji maknanya. Tidak asal membunyikannya tanpa ada asar dan bekas pada diri kita sendiri. Tanpa dipungkiri, kalimat Takbir sangatlah akrab dengan perjuangan. Namun tak semua perjuangan layak didampingi oleh kalimat Takbir.

Selamat Hari Pahlawan!!! Semoga kita mampu berjuang melawan nafsu birahi kebinatangan kita. Allahu Akbar...


Kairo, 10 November 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar