Baru hendak memejamkan mata untuk tidur siang, telinga saya terganggu oleh dentingan nada pesan masuk di Facebook. Saya baca dan balas. Ternyata dari seorang perempuan cantik. Beberapa saat kemudian, saya paksa mata saya untuk mengaso tapi ia menolak dan memberontak. Masih ingin chatting dengan perempuan cantik itu, katanya. Ah, saya tolak mentah-mentah permintaannya tapi ia justru makin menjerit.
Saya putuskan membaca berita online. Entah mengapa, tahun ini justru para perempuan-perempuan cantik yang menghiasi hotnews berita Indonesia. Mulai dari berita yang negatif hingga positif.
Kalau membincang soal perempuan, apalagi perempuan cantik, kita tak akan terasa capek dan tak akan pula bisa menepi dari tema itu. Dengan semangat 45, mungkin akan kita menggebu-gebu memulai pembicaraan dari mengurai parasnya, kepribadiannya, mancung hidungnya, manis senyumnya, lesung pipinya, hingga matanya yang bersih dari secuil debu. Belum lagi model pakaiannya yang kadang membuat para lelaki hanya bisa menelan ludah, atau mengucap kalimat istighfar berkali-kali. Tapi ada juga cara berpakaian perempuan cantik yang membuat para lelaki lebih rajin salat di masjid.
Ya, semuanya dikembalikan kepada si pemilik wajah. Bagaimana cara dia menerima kecantikan itu. Lihat saja, ada perempuan cantik di balik kasus Narkoba. Ada perempuan cantik di sekitar korupsi. Ada perempuan cantik di seputar penyuapan. Ada perempuan cantik dalam tindak kriminal pembunuhan dan pemerkosaan. Ada perempuan cantik yang tak malu bolak-balik di tempat prostitusi. Namun, ada pula perempuan cantik yang setia menunggu suaminya pulang kerja. Ada juga perempuan cantik yang segan bersolek meski dalam penantian jodohnya. Dan ada perempuan cantik yang selalu menangis dalam doanya. Sekali lagi semua kembali kepada si pemilik wajah.
Memang sudah jamak kita dengar bahwa perempuan makhluk Tuhan yang lemah. Sebagai makhluk yang rentan akan cobaan, perempuan lebih rajin menitikkan air mata ketimbang menyelesaikan permasalahannya, meski ia tahu bahwa gerimis yang membasahi pipinya tak banyak menuntaskan problematika yang menderanya.
Dalam keadaan yang cukup lemah inilah, perempuan membutuhkan uluran tangan seorang lelaki. Dan tak jarang para lelaki tersihir akan ketidakberdayaan perempuan dengan iming-iming kecantikannya hingga ia menjadikan perempuan itu sebagai Tuhannya yang harus dipatuhi dalam segala hal. Lantas masihkah perempuan dianggap makhuk yang tak berdaya?
Saya tak ingin berpanjang-panjang dalam tulisan ini, sebab semakin lama saya menulis tentang perempuan cantik, saya takut semakin terlena hingga menghabiskan waktu saya berjam-jam. Saya hanya ingin mengakui bahwa lelaki biasa seperti saya masih rentan terbuai dengan kecantikan perempuan-perempuan cantik. Entah, bila Zulaikha datang membawa kembarannya lalu memporak-porandakan tidur saya dan menawari saya untuk menikahi kembarannya.
Paling tidak satu-satunya jalan keluar adalah menikah dengan "sungguh-sungguh" bila saya dan anda tidak ingin gampang tersihir oleh kecantikan wanita. Karena Nabi bersabda, “...karena menikah mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan (dari maksiat).” [HR. Bukhari-Muslim]
Menikah saat ini? Maaf, saya masih terlalu prematur untuk itu. Tapi yang pasti saya akan menikah dengan perempuan tercantik dan jelita versi saya di dunia ini. Tentunya dia kembaran Zulaikha. Begitu juga dengan anda yang nantinya akan menikahi perempuan cantik versi anda, mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar