Syekh Jamal
Faruq, dosen Universitas Al-Azhar dan staf pengajar di masjid Al-Azhar, pernah
bercerita kepada kami, bahwa deretan toko di belakang kampus dan masjid
Al-Azhar yang hampir semuanya beraliran Wahabi, mulanya hanyalah lapak para
pedagang miskin yang berjualan kitab dengan beralaskan koran, tikar, atau
terpal di emperan jalan. Lalu para pengusaha, saudagar, dan pebisnis Arab Saudi
datang dan menawarkan modal serta membiayai toko dan keperluan para pedagang
itu dengan syarat menjual kitab-kitab yang beraliran Wahabi.
Para
pedagang kitab Mesir itu pun tergiur dan didatangkanlah kitab-kitab
cetakan Arab Saudi untuk tahap pertama
guna memenuhi isi toko. Dan lambat laun muncullah percetakan-percetakan kitab
yang beraliran Wahabi. Dan hingga kini bisa kita lihat toko-toko kitab Wahabi
berjejer dan bertengger mengelilingi kampus dan masjid Al-Azhar.
Hal seperti
ini, tutur Syekh Jamal Faruq, bertujuan untuk melemahkan dakwah Al-Azhar
lantaran dunia tahu bahwa Al-Azhar adalah benteng Ahlusunnah wal Jamaah yang
mengaplikasikan Islam secara moderat, toleransi, tidak keras namun tegas dan
berprinsip. Tapi usaha Wahabi ternyata sia-sia. Buktinya meski dikelilingi
toko-toko Wahabi, Al-Azhar masih bisa eksis membuktikan dakwah Islam yang
berlandaskan akidah Asyairah dan Maturidi, berfikih 4 mazhab, dan bertasawuf
dengan cara yang tak berlebihan.
Itulah satu
contoh, bagaimana musuh-musuh Al-Azhar dengan semangat yang gigih menyerang
Al-Azhar, mencoba -dengan cara-cara yang mungkin tak dimiliki oleh Al-Azhar-
mengoyak-oyak risalah Al-Azhar agar Islam terkesan kaku, tanpa kompromi, keras,
dan radikal.
Jika kita
mengikuti alur perpolitikan Mesir pada dua-tiga tahun terakhir ini, kita akan
tahu bagaimana Al-Azhar melewati masa-masa sulitnya. Al-Azhar digiring dan
disudutkan hingga posisi Al-Azhar genting untuk memerankan sebagai lembaga
keilmuan dan keagamaan yang juga berperan positif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Namun
Al-Azhar lagi-lagi bisa keluar dan mentas dari kubangan kotor yang direncanakan
oleh oknum-oknum yang ingin menguasai Al-Azhar. Dengan kejelian, kebijaksanaan,
dan doa para ulamanya, Allah menjaga Al-Azhar hingga sanggup melewati jalanan
berduri dan beracun. Sampai saat ini Al-Azhar masih berdiri kokoh, dengan tetap
menunduk tak sedetik pun mendongakkan kepalanya.
Berawal dari
turunnya Muhammad Morsi dari jabatannya sebagai Presiden Mesir, Al-Azhar
diserang dengan bertubi-tubi dan membabi buta. Para kader Ikhwanul Muslimin,
loyalis dan simpatisan Morsi mengecam Grand Shaikh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib
yang juga merestui pemakzulan Morsi.
Tak hanya Grand
Shaikh, para ulama lain pun dicerca, dihina, direndahkan dan dituduh yang
bukan-bukan. Mereka membuat propaganda dengan maksud menjatuhkan martabat ulama
Al-Azhar. Tapi, untuk kesekian kalinya, Allah menunjukkan kasih-sayang-Nya
kepada Al-Azhar. Semakin sering ulama Al-Azhar dicemooh, semakin banyak rakyat
Mesir yang mendekat ke Al-Azhar. Bahkan mahasiswa asing pun berbondong-bondong
mendekap, merangkul, dan memeluk Al-Azhar. Pemandangan seperti ini akan anda
dapati saat anda berada di majelis-majelis taklim di masjid Al-Azhar.
Beberapa
bulan ini, Al-Azhar dikisruhkan oleh sebagian mahasiswanya yang setia kepada
Morsi dan cinta mati akan kelompok Ikhwanul Muslimin. Dengan dalih menegakkan
syariat, mereka memporak-porandakan, merusak, dan mencorat-coret fasilitas
Al-Azhar, meskipun mereka tahu bangunan-bangunan Al-Azhar adalah wakaf dunia
yang harus dirawat dan diperindah.
Mereka kotori
dinding kampus dengan tulisan yang tak bisa diamini Al-Quran dan Hadis. Mereka berteriak-teriak,
menggedor dan menendang pintu kelas, lalu melonglong sembari menari di atas
meja di saat para dosen membahas ilmu syariat Islam yang selama ini dengan
percaya diri mereka bela. Mereka hentikan proses belajar-mengajar. Bahkan sebagian
dosen mereka usir dari kelas agar kegiatan belajar-mengajar bubar. Bila aktifitas
belajar Al-Azhar mati, maka dunia akan melihat kecacatan para ulama, dosen, dan
staf pengajar Al-Azhar. Ya, dunia yang melihat lantaran mahasiswa Al-Azhar
terdiri dari pelosok-pelosok Negara di dunia. Mulai dari benua Amerika,
Australia, Asia, Afrika, hingga Eropa.
Jika mereka
sukses melumpuhkan Al-Azhar, secara pasti Grand Shaikh dan para ulama Al-Azhar
akan dituduh gagal dalam menahkodahi pendidikan anak-anak bangsa. Dan jabatan
Grand Shaikh harus digantikan oleh orang lain.
Alhamdulillah,
rencana busuk dan beberapa propaganda yang mereka usung selalu gagal dan mentah
di tengah jalan. Karena saya yakin Al-Azhar bisa aktif berdakwah selama lebih
dari seribu tahun lantaran Allah ikut campur di dalamnya. Tak mungkin Allah
berpangku tangan dan tak ikut serta dalam tubuh Al-Azhar, sedangkan Al-Azhar
selalu berhasil melalui ujian-ujian dasyat yang ia hadapi.
Tulisan ringan saya ini hanyalah sekelumit contoh bagaimana Al-Azhar tetap berdiri kuat meski
‘penyakit-penyakit’ menggelantungi kaki Al-Azhar, menggerogoti agar Al-Azhar terjatuh dan
terkubur.
Bagi mereka
yang memusuhi Al-Azhar: Seranglah Al-Azhar! Niscaya Tuhan sendiri yang akan
melumpuhkanmu.
Kairo, 18
Desember 2013