Rabu, 18 Desember 2013

Seranglah Al-Azhar! Tuhan akan Melumpuhkanmu

Syekh Jamal Faruq, dosen Universitas Al-Azhar dan staf pengajar di masjid Al-Azhar, pernah bercerita kepada kami, bahwa deretan toko di belakang kampus dan masjid Al-Azhar yang hampir semuanya beraliran Wahabi, mulanya hanyalah lapak para pedagang miskin yang berjualan kitab dengan beralaskan koran, tikar, atau terpal di emperan jalan. Lalu para pengusaha, saudagar, dan pebisnis Arab Saudi datang dan menawarkan modal serta membiayai toko dan keperluan para pedagang itu dengan syarat menjual kitab-kitab yang beraliran Wahabi.

Para pedagang kitab Mesir itu pun tergiur dan didatangkanlah kitab-kitab cetakan  Arab Saudi untuk tahap pertama guna memenuhi isi toko. Dan lambat laun muncullah percetakan-percetakan kitab yang beraliran Wahabi. Dan hingga kini bisa kita lihat toko-toko kitab Wahabi berjejer dan bertengger mengelilingi kampus dan masjid Al-Azhar.

Hal seperti ini, tutur Syekh Jamal Faruq, bertujuan untuk melemahkan dakwah Al-Azhar lantaran dunia tahu bahwa Al-Azhar adalah benteng Ahlusunnah wal Jamaah yang mengaplikasikan Islam secara moderat, toleransi, tidak keras namun tegas dan berprinsip. Tapi usaha Wahabi ternyata sia-sia. Buktinya meski dikelilingi toko-toko Wahabi, Al-Azhar masih bisa eksis membuktikan dakwah Islam yang berlandaskan akidah Asyairah dan Maturidi, berfikih 4 mazhab, dan bertasawuf dengan cara yang tak berlebihan.

Itulah satu contoh, bagaimana musuh-musuh Al-Azhar dengan semangat yang gigih menyerang Al-Azhar, mencoba -dengan cara-cara yang mungkin tak dimiliki oleh Al-Azhar- mengoyak-oyak risalah Al-Azhar agar Islam terkesan kaku, tanpa kompromi, keras, dan radikal.

Jika kita mengikuti alur perpolitikan Mesir pada dua-tiga tahun terakhir ini, kita akan tahu bagaimana Al-Azhar melewati masa-masa sulitnya. Al-Azhar digiring dan disudutkan hingga posisi Al-Azhar genting untuk memerankan sebagai lembaga keilmuan dan keagamaan yang juga berperan positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun Al-Azhar lagi-lagi bisa keluar dan mentas dari kubangan kotor yang direncanakan oleh oknum-oknum yang ingin menguasai Al-Azhar. Dengan kejelian, kebijaksanaan, dan doa para ulamanya, Allah menjaga Al-Azhar hingga sanggup melewati jalanan berduri dan beracun. Sampai saat ini Al-Azhar masih berdiri kokoh, dengan tetap menunduk tak sedetik pun mendongakkan kepalanya.

Berawal dari turunnya Muhammad Morsi dari jabatannya sebagai Presiden Mesir, Al-Azhar diserang dengan bertubi-tubi dan membabi buta. Para kader Ikhwanul Muslimin, loyalis dan simpatisan Morsi mengecam Grand Shaikh Al-Azhar, Syekh Ahmad Tayyib yang juga merestui pemakzulan Morsi.

Tak hanya Grand Shaikh, para ulama lain pun dicerca, dihina, direndahkan dan dituduh yang bukan-bukan. Mereka membuat propaganda dengan maksud menjatuhkan martabat ulama Al-Azhar. Tapi, untuk kesekian kalinya, Allah menunjukkan kasih-sayang-Nya kepada Al-Azhar. Semakin sering ulama Al-Azhar dicemooh, semakin banyak rakyat Mesir yang mendekat ke Al-Azhar. Bahkan mahasiswa asing pun berbondong-bondong mendekap, merangkul, dan memeluk Al-Azhar. Pemandangan seperti ini akan anda dapati saat anda berada di majelis-majelis taklim  di masjid Al-Azhar.

Beberapa bulan ini, Al-Azhar dikisruhkan oleh sebagian mahasiswanya yang setia kepada Morsi dan cinta mati akan kelompok Ikhwanul Muslimin. Dengan dalih menegakkan syariat, mereka memporak-porandakan, merusak, dan mencorat-coret fasilitas Al-Azhar, meskipun mereka tahu bangunan-bangunan Al-Azhar adalah wakaf dunia yang harus dirawat dan diperindah.

Mereka kotori dinding kampus dengan tulisan yang tak bisa diamini Al-Quran dan Hadis. Mereka berteriak-teriak, menggedor dan menendang pintu kelas, lalu melonglong sembari menari di atas meja di saat para dosen membahas ilmu syariat Islam yang selama ini dengan percaya diri mereka bela. Mereka hentikan proses belajar-mengajar. Bahkan sebagian dosen mereka usir dari kelas agar kegiatan belajar-mengajar bubar. Bila aktifitas belajar Al-Azhar mati, maka dunia akan melihat kecacatan para ulama, dosen, dan staf pengajar Al-Azhar. Ya, dunia yang melihat lantaran mahasiswa Al-Azhar terdiri dari pelosok-pelosok Negara di dunia. Mulai dari benua Amerika, Australia, Asia, Afrika, hingga Eropa.

Jika mereka sukses melumpuhkan Al-Azhar, secara pasti Grand Shaikh dan para ulama Al-Azhar akan dituduh gagal dalam menahkodahi pendidikan anak-anak bangsa. Dan jabatan Grand Shaikh harus digantikan oleh orang lain.

Alhamdulillah, rencana busuk dan beberapa propaganda yang mereka usung selalu gagal dan mentah di tengah jalan. Karena saya yakin Al-Azhar bisa aktif berdakwah selama lebih dari seribu tahun lantaran Allah ikut campur di dalamnya. Tak mungkin Allah berpangku tangan dan tak ikut serta dalam tubuh Al-Azhar, sedangkan Al-Azhar selalu berhasil melalui ujian-ujian dasyat yang ia hadapi.

Tulisan ringan saya ini hanyalah sekelumit contoh bagaimana Al-Azhar tetap berdiri kuat meski ‘penyakit-penyakit’ menggelantungi kaki Al-Azhar, menggerogoti agar Al-Azhar terjatuh dan terkubur.

Bagi mereka yang memusuhi Al-Azhar: Seranglah Al-Azhar! Niscaya Tuhan sendiri yang akan melumpuhkanmu.


Kairo, 18 Desember 2013