Sakratulmaut
adalah keadaan seseorang menjelang kematian atau terpisahnya ruh dari jasad. Sakratulmaut
bisa dijadikan acuan seseorang mati dalam keadaan baik atau buruk. Sakratulmaut
memang sangatlah sakit dan berat. Nabi Muhammad SAW pun kala dijemput oleh Izrail,
merasakan rasa sakit yang maha dasyat. Beliau terkesiap, begitu hebatnya derita
sakratulmaut. Beliau meminta supaya seluruh rasa sakit sakratulmaut umatnya
dikumpulkan dan beliau tanggung waktu itu, tapi Allah tidak mengizinkan, hanya
sepersekian persen yang Allah amini. Seorang Muhammad yang tidak lain dan tidak
bukan, kekasih dan utusan Allah masih merasakan ketidaknyamanan sakratul maut. Apalagi
kita? Allahumma Hawwin alaina fi sakartil maut, Ya Allah ringankan beban
sakratulmaut kami.
Bacalah dengan Nama Tuhanmu
Jemari yang selalu menari. Kaki yang terus berlari. Jiwa dan raga yang selamanya mengabdi.
Senin, 04 Mei 2015
Kamis, 29 Januari 2015
Aku; Penyebab Sakitnya Bapak
Mungkin
sudah genap 4 tahun, atau bahkan lebih sedikit, Bapak berperang sekuat tenaga,
mengumpulkan kekuatan lahir dan batin melawan penyakitnya. Empat tahun waktu
yang cukup lama untuk menahan penyakit Stroke dan Gagal
Ginjal.
Selama itu pula Bapak akrab dengan rumah sakit, alat suntik, obat-obat, dan
segala yang berhubungan dengan kebaikan kondisi Bapak. Seminggu dua kali
bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah karena Ginjalnya sudah disfungsi. Kadang juga tiga
sampai empat kali ke rumah sakit bila ada anggota badan atau kondisi tubuh
Bapak yang terganggu.
Memang
banyak faktor yang menyebabkan penyakit mendera Bapak bertubi-tubi. Saya tidak ingin
membicarakan bahwa ini sudah suratan takdir lantaran penyakit Bapak memang dari
Allah dan sudah waktunya Bapak terima. Banyak dari saudara dan tetangga yang bilang,
kalau salah satu faktor awal mula Bapak terserang Stroke karena banyak pikiran. Dan pikiran itu tertuju pada anaknya yang saat itu
jauh dari rumah, yaitu saya.
Senin, 17 November 2014
Sang Mantan
Sebagai lelaki biasa dan normal, tentunya,
saya pernah mengalami bagaimana rasanya jatuh hati. Eh, jatuh cinta. Halah,
entahlah mana yang benar dari dua frase kata itu. Tapi saya benar-benar
merasakan arti sebuah cinta setelah saya menginjak masa-masa SMA. Sungguh benar
lagu yang mendendangkan lirik: Tiada masa paling indah … masa-masa di
sekolah. Tiada kisah paling indah … kisah-kasih di sekolah.
Semenjak SMA, saya baru tahu bagaimana
seharusnya mencintai seorang perempuan. Kala itu pula, saya mencoba merasakan
dan berpikir bagaimana cara terbaik memperlakukan perempuan sebaik mungkin. Saya
juga harus berlaku bijak, karena posisi saya saat itu sangat sulit untuk bisa
mencintai seorang perempuan lantaran saya dan dia berada di pesantren yang sama
dan hanya bisa bertemu di sekolah.
Mulanya saya tak sampai hati dan tak
menyangka bisa meliriknya. Ya, kisah kami berawal dari salah seorang teman saya
yang menyukainya dan menjadikan saya sebagai “Pak Pos” yang menyampaikan “salam”
kepadanya. Lama-lama dia justru bertanya kepada saya, “Kenapa salamnya tidak
dari situ aja?”
Selasa, 21 Oktober 2014
Arjuna
Selepas
salat maghrib tadi, Alhamdulilah saya diberi kesempatan menghadiri pengajian
Fikih Aswaja yang diampu oleh KH. Abdurrahman Nafis di masjid Kemayoran –
Surabaya. Malam ini beliau mengupas bab tentang Wali Songo atau Sembilan wali
yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Begitu lugas dan bayannya beliau
menjelaskan sejarah Wali Songo dan cara berdakwah yang mampu merangkul
masyarakat tanah Jawa kala itu.
Pembahasan pun
bergulir hingga pada Mbah Sunan Kalijaga. Mbah Sunan Kalijaga terkenal dengan
perwayangannya. Beliau amat piawai menjadi dalang. Penduduk Jawa –khususnya Jawa
Tengah- sangat menggandrungi pertunjukkan wayang dan menonton setiap kali ada
pagelaran wayang. Di sinilah Mbah Sunan
Kalijaga sangat brilian dalam menyusupkan sedikit-demi sedikit tentang Islam, di antaranya; Menonton wayang yang digelar Mbah Sunan Kalijaga gratis
tidak dipungut biaya, hanya mengucapkan Kalimat Sodo atau kalimat
syahadat yang berisi pengesaan Tuhan dan pengakuan akan kenabian Baginda
Muhammad. Kalimat Sodo itu diucapkan sesaat sebelum memasuki pintu masuk
yang dinamakan oleh Mbah Sunan Kalijaga dengan sebutan Gapuro. Gapuro
sendiri dari kata bahasa Arab Ghafuran yang berarti Sang Maha
Pengampun. Hal ini dimaksudkan bahwa siapa saja yang menyerukan Kalimat Sodo,
maka ia akan menuju ke Gapuro dan dosa-dosanya akan diampuni.
Jumat, 03 Oktober 2014
Membela Agama Allah
“Jika kita
ingin membela Nabi Muhammad SAW, kita tak boleh lupa bahwa beliau adalah Rasulullah
yaitu utusan Allah. Sudah barang pasti kita harus membela beliau dengan cara
Allah atau dengan cara yang diamini dan diridoi oleh Allah karena beliau –sekali
lagi- Rasulullah (utusan Allah) bukan Rasuluna (utusan kita). Bila
kita menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai Rasuluna (utusan kita), maka
kita akan semau kita dalam membelanya. Namun jika kita sadar bahwa beliau Rasulullah
(utusan Allah) dan kita membawa nama Allah, kita akan berhati-hati dalam
membelanya.”
Itulah salah
satu dawuh dari Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri saat terjadi pelecehan, dan penghinaan
terhadap Nabi Muhammad SAW beberapa tahun lalu. Tentu beliau
jauh lebih dekat dan mempunyai ikatan yang kuat dengan Nabi Muhammad SAW ketimbang kita lantaran
beliau cucu Baginda Nabi dan mengamalkan apa yang telah diperintahkan oleh Embah
Kakungnya.
Langganan:
Postingan (Atom)