Senin, 04 Mei 2015

Sakratulmaut di Pangkuan Rasul

Sakratulmaut adalah keadaan seseorang menjelang kematian atau terpisahnya ruh dari jasad. Sakratulmaut bisa dijadikan acuan seseorang mati dalam keadaan baik atau buruk. Sakratulmaut memang sangatlah sakit dan berat. Nabi Muhammad SAW pun kala dijemput oleh Izrail, merasakan rasa sakit yang maha dasyat. Beliau terkesiap, begitu hebatnya derita sakratulmaut. Beliau meminta supaya seluruh rasa sakit sakratulmaut umatnya dikumpulkan dan beliau tanggung waktu itu, tapi Allah tidak mengizinkan, hanya sepersekian persen yang Allah amini. Seorang Muhammad yang tidak lain dan tidak bukan, kekasih dan utusan Allah masih merasakan ketidaknyamanan sakratul maut. Apalagi kita? Allahumma Hawwin alaina fi sakartil maut, Ya Allah ringankan beban sakratulmaut kami.

Kamis, 29 Januari 2015

Aku; Penyebab Sakitnya Bapak

Mungkin sudah genap 4 tahun, atau bahkan lebih sedikit, Bapak berperang sekuat tenaga, mengumpulkan kekuatan lahir dan batin melawan penyakitnya. Empat tahun waktu yang cukup lama untuk menahan penyakit Stroke dan Gagal Ginjal. Selama itu pula Bapak akrab dengan rumah sakit, alat suntik, obat-obat, dan segala yang berhubungan dengan kebaikan kondisi Bapak. Seminggu dua kali bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah karena Ginjalnya sudah disfungsi. Kadang juga tiga sampai empat kali ke rumah sakit bila ada anggota badan atau kondisi tubuh Bapak yang terganggu.

Memang banyak faktor yang menyebabkan penyakit mendera Bapak bertubi-tubi. Saya tidak ingin membicarakan bahwa ini sudah suratan takdir lantaran penyakit Bapak memang dari Allah dan sudah waktunya Bapak terima. Banyak dari saudara dan tetangga yang bilang, kalau salah satu faktor awal mula Bapak terserang Stroke karena banyak pikiran. Dan pikiran itu tertuju pada anaknya yang saat itu jauh dari rumah, yaitu saya.

Senin, 17 November 2014

Sang Mantan

Sebagai lelaki biasa dan normal, tentunya, saya pernah mengalami bagaimana rasanya jatuh hati. Eh, jatuh cinta. Halah, entahlah mana yang benar dari dua frase kata itu. Tapi saya benar-benar merasakan arti sebuah cinta setelah saya menginjak masa-masa SMA. Sungguh benar lagu yang mendendangkan lirik: Tiada masa paling indah … masa-masa di sekolah. Tiada kisah paling indah … kisah-kasih di sekolah.

Semenjak SMA, saya baru tahu bagaimana seharusnya mencintai seorang perempuan. Kala itu pula, saya mencoba merasakan dan berpikir bagaimana cara terbaik memperlakukan perempuan sebaik mungkin. Saya juga harus berlaku bijak, karena posisi saya saat itu sangat sulit untuk bisa mencintai seorang perempuan lantaran saya dan dia berada di pesantren yang sama dan hanya bisa bertemu di sekolah.

Mulanya saya tak sampai hati dan tak menyangka bisa meliriknya. Ya, kisah kami berawal dari salah seorang teman saya yang menyukainya dan menjadikan saya sebagai “Pak Pos” yang menyampaikan “salam” kepadanya. Lama-lama dia justru bertanya kepada saya, “Kenapa salamnya tidak dari situ aja?”

Selasa, 21 Oktober 2014

Arjuna

Selepas salat maghrib tadi, Alhamdulilah saya diberi kesempatan menghadiri pengajian Fikih Aswaja yang diampu oleh KH. Abdurrahman Nafis di masjid Kemayoran – Surabaya. Malam ini beliau mengupas bab tentang Wali Songo atau Sembilan wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Begitu lugas dan bayannya beliau menjelaskan sejarah Wali Songo dan cara berdakwah yang mampu merangkul masyarakat tanah Jawa kala itu.

Pembahasan pun bergulir hingga pada Mbah Sunan Kalijaga. Mbah Sunan Kalijaga terkenal dengan perwayangannya. Beliau amat piawai menjadi dalang. Penduduk Jawa –khususnya Jawa Tengah- sangat menggandrungi pertunjukkan wayang dan menonton setiap kali ada pagelaran wayang. Di sinilah Mbah Sunan Kalijaga sangat brilian dalam menyusupkan sedikit-demi sedikit tentang Islam, di antaranya; Menonton wayang yang digelar Mbah Sunan Kalijaga gratis tidak dipungut biaya, hanya mengucapkan Kalimat Sodo atau kalimat syahadat yang berisi pengesaan Tuhan dan pengakuan akan kenabian Baginda Muhammad. Kalimat Sodo itu diucapkan sesaat sebelum memasuki pintu masuk yang dinamakan oleh Mbah Sunan Kalijaga dengan sebutan Gapuro. Gapuro sendiri dari kata bahasa Arab Ghafuran yang berarti Sang Maha Pengampun. Hal ini dimaksudkan bahwa siapa saja yang menyerukan Kalimat Sodo, maka ia akan menuju ke Gapuro dan dosa-dosanya akan diampuni.

Jumat, 03 Oktober 2014

Membela Agama Allah

“Jika kita ingin membela Nabi Muhammad SAW, kita tak boleh lupa bahwa beliau adalah Rasulullah yaitu utusan Allah. Sudah barang pasti kita harus membela beliau dengan cara Allah atau dengan cara yang diamini dan diridoi oleh Allah karena beliau –sekali lagi- Rasulullah (utusan Allah) bukan Rasuluna (utusan kita). Bila kita menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai Rasuluna (utusan kita), maka kita akan semau kita dalam membelanya. Namun jika kita sadar bahwa beliau Rasulullah (utusan Allah) dan kita membawa nama Allah, kita akan berhati-hati dalam membelanya.”

Itulah salah satu dawuh dari Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri saat terjadi pelecehan, dan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW beberapa tahun lalu. Tentu beliau jauh lebih dekat dan mempunyai ikatan yang kuat dengan Nabi Muhammad SAW ketimbang kita lantaran beliau cucu Baginda Nabi dan mengamalkan apa yang telah diperintahkan oleh Embah Kakungnya.