Sudah banyak kita kaji
tentang kabar gembira yang dialami oleh para Nabi di hari 10 Muharram. Mulai
dikeluarkannya Nabi Yunus AS. dari perut ikan, disembuhkannya penyakit Nabi
Ayub AS. hingga diselamatkannya Nabi Musa AS. dari kejaran Firaun dan bala tentaranya.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad tak mau umatnya kalah dengan umat lain dalam
memuliakan hari 10 Muharram hingga disunnahkanlah berpuasa dan beramal saleh
pada hari tersebut dan sehari sebelumnya, 9 Muharram.
Namun agaknya ada yang
mengganjal, pada 10 Muharram 61 H. Di mana saat itu cucu Rasulullah, Husein bin
Ali dibunuh oleh pasukan suruhan Yazid
bin Muawiyah lantaran Husein enggan membaiat Yazid sebagai khalifah
pengganti ayahnya. Husein menilai Yazid tak pantas menjadi pemimpin kaum
muslimin kala itu sebab sikap dan ucap Yazid masih perlu diperbaiki. Lantas,
mengapa Allah justru tidak menyelamatkan Husein, malah memilih Husein menjadi
korban dari kebengisan Yazid?
Allah bukanlah seperti manusia yang ketentuan dan keputusannya dinilai dengan akal. Dengan peristiwa 10 Muharram 61 H itulah, Allah hendak menyelamatkan kaum muslimin semuanya dari gairah kekuasaan, hasrat duniawi, nafsu kebinatangan, dan kejamnya perpolitikan. Allah ingin mengajarkan kepada manusia bahwa jangankan orang biasa dan rakyat kecil yang tertindas karena strata kehidupan, bahkan cucu Nabi pun dibunuh dan dipenggal kepalanya hanya karena kesombongan dan kejumawaan yang berujung pada kursi ketenaran. Dan Allah memberi tahu kita, bahwa saat manusia dibutakan oleh harta dan dunia, seketika itu ia menjadi tuna nurani serta melihat kebenaran hanya milik dia.
Ya, pada 10 Muharram,
Allah menunjukkan segala kemampuannya kepada hamba-hambanya.
Selamat berpuasa dan
beramal saleh bagi yang melakukannya.
Kairo, 10 Muharram 1435
Tidak ada komentar:
Posting Komentar