Assalamualaikum. War. Wab
Dengan datangnya surat ini, teriring uraian doa suci
teruntuk Abah-Ummi dan keluarga semoga selalu diberi kebeningan iman, keteguhan
taqwa, dan kesehatan lahir-batin hingga mampu mengabdi kepada Allah dengan
membesarkan keturunan yang saleh dan salehah yang nantinya menjadi amal jariyah
bagi abah-ummi.
Alhamdulillah, hampir dua tahun Yaqin meninggalkan
abah-ummi sekeluarga dengan jaminan Allah yang menjaga abah-ummi sekeluarga
baik di waktu pagi dan petang. Saya di sini sehat wal afiat dan insyaAllah
selalu dicukupi oleh Allah karena orang yang mengembara demi sebuah ilmu, Allah
lah yang memenuhi segala kebutuhannya.
Mesir, tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya.
Tidak seutuhnya seperti di film KCB. Sama halnya dengan Indonesia, kriminal
kejahatan, mulai dari pencopetan, pencurian, hingga perampokan juga marak
disini. Berapa banyak Mahasiswa Indonesia yang menjadi korban atas kebiadapan
mereka yang kosong akan cahaya Tuhan. Saya mohon doa dari panjenengan semua
agar selalu aman dan dijaga oleh Allah. Namun lebih dari itu, ilmu dan Ulama di
sini sangat luar biasa. Syukur kiranya bisa menginjakkan kaki dan duduk di
majelis para Ulama Al-Azhar.
Abah-Ummi, seorang mahasiswa bukanlah sama dengan anak
SD, SMP, atau SMA. Tentunya jenjang pendidikanlah yang membedakan. Dengan
perbedaan itu, beda pula lah kebutuhan dan biaya hidup sehari-hari. Bisa
kita bayangkan berapa juta perbulan mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di
Indonesia?. Saya sangat bersyukur bisa kuliah tanpa sepesen pun uang dari abah-ummi.
Mulai dari berangkat ke Mesir hingga sampai Mesir. Di sini beasiswa yang saya
dapat cukup untuk kebutuhan sehari-hari, mulai beli beras, sabun, ongkos
kendaraan dan sedikit menabung untuk membeli kitab karena mahasiswa tanpa kitab
seperti langit tanpa matahari mendung dan tak cerah. Namun, dengan kerja
sampingan di warung dan membuat tempe, saya selalu berusaha menabung dan jika
sampai nominal yang diharapkan langsung saya kirimkan ke Indonesia Insya Allah
guna bisa membantu membeli Obat buat abah atau membayar SPP Adek, Amiril Wachid.
Semua itu saya lakukan ikhlas tak ada rasa kecewa atau pun sedih karena dulu saya
selalu merepotkan abah-ummi. Membuat abah-ummi bingung dengan kenakalan dan
uang jajan yang selalu saya minta dengan paksa.
Mahasiswa yang bekerja tentunya beda dengan mahasiswa
yang selalu berkutat dengan kitab, sibuk dengan kajian. Jadi, jangan disamakan
saya dengan mahasiswa lain. Tentunya Abah-ummi sekeluarga tahu Khoirul Azzam di
film KCB, betapa dia susah payah bisa lulus hingga 9 tahun di Kairo. Usaha dan
harapan saya, bisa lulus dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dan memperoleh
ilmu yang manfaat dan berkah yang menjadikan pemiliknya rendah hati. Dengan
mengabdi kepada orang tua, saya memohon kepada Allah agar melebur dosa-dosa
saya dan menjadikan saya orang yang baik dan mendapat ilmu yang manfaat dan
berkah.
Abah-Ummi, hidup tak mesti seperti yang kita angankan.
Begini lah hidup, inilah garis yang telah digoreskan oleh Tuhan untuk kita.
Dengan seperti ini saya khususnya bisa menjadi lebih dewasa, mandiri dalam
menjalani hidup. Ikhtiyar, Ikhlas, Sabar, Syukur, dan Tawakkal itulah pintu
keluar dari semua permasalahan yang kita hadapi di kehidupan ini.
Saya sangat berterima kasih kepada panjenengan
yang telah merawat, mendidik saya hinga tumbuh dewasa ini. Tanpa Abah-Ummi
apalah arti seorang Achmad Ainul Yaqin? Abah-Ummi sekeluarga juga jangan
terlalu berlebihan dalam membanggakan anak atau menginginkan anak-anaknya
menjadi ini dan itu. Perbanyaklah doa semoga kami anak-anak abah-ummi menjadi
anak yang sholeh-sholehah, orang yang bisa mengharumkan nama orang tua hingga
mengantarkannya ke surga tempat yang kekal, menjadi orang yang sukses berguna
bagi Agama, bangsa dan masyarakat.
Abah-Ummi, putra-putri panjenengan sudah besar sampai
abah-ummi menjadi kakek-nenek sekarang. Harapan dari anak panjengan ini,
semoga Abah-Ummi istiqomah dalam mencari bekal di kehidupan yang mendatang,
ajek/lurus dalam ibadah, tak enggan mencai ilmu, dan tak berhenti sedetik pun
mendoakan anak dan cucu panjenengan.
Saya bangga dan sangat bersyukur menjadi anak
Abah-Ummi. Dengan segala kesabaran abah-ummi, saya bisa seperti ini,
menghirup udara di tanah para Nabi, mengenyam bangku pendidikan secara normal
padahal semua itu belum pernah dirasakan oleh abah-ummi. Semoga itu semua
menjadi Amal jariyah bagi panjenengan hingga menjadi saksi di hari
perhitungan yang tak ada penolong pun kecuali amal baik. Amin Ya Robbal Alamin.
Sekian dulu surat dari saya, semoga mampu menjadi
penawar kangen abah-ummi sekeluarga.
Wassalam.
Kairo 7 Februari 2012
Salam rindu tiada tara dari anakmu
Achmad Ainul Yaqin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar