Kamis, 01 Agustus 2013

Air Mata Rindu

Assalamualaikum. War. Wab

Dengan datangnya surat ini, teriring uraian doa suci teruntuk Abah-Ummi dan keluarga semoga selalu diberi kebeningan iman, keteguhan taqwa, dan kesehatan lahir-batin hingga mampu mengabdi kepada Allah dengan membesarkan keturunan yang saleh dan salehah yang nantinya menjadi amal jariyah bagi abah-ummi.

Alhamdulillah, hampir dua tahun Yaqin meninggalkan abah-ummi sekeluarga dengan jaminan Allah yang menjaga abah-ummi sekeluarga baik di waktu pagi dan petang. Saya di sini sehat wal afiat dan insyaAllah selalu dicukupi oleh Allah karena orang yang mengembara demi sebuah ilmu, Allah lah yang memenuhi segala kebutuhannya.

Mesir, tidak seperti yang kita bayangkan sebelumnya. Tidak seutuhnya seperti di film KCB. Sama halnya dengan Indonesia, kriminal kejahatan, mulai dari pencopetan, pencurian, hingga perampokan juga marak disini. Berapa banyak Mahasiswa Indonesia yang menjadi korban atas kebiadapan mereka yang kosong akan cahaya Tuhan. Saya mohon doa dari panjenengan semua agar selalu aman dan dijaga oleh Allah. Namun lebih dari itu, ilmu dan Ulama di sini sangat luar biasa. Syukur kiranya bisa menginjakkan kaki dan duduk di majelis para Ulama Al-Azhar.

Abah-Ummi, seorang mahasiswa bukanlah sama dengan anak SD, SMP, atau SMA. Tentunya jenjang pendidikanlah yang membedakan. Dengan perbedaan itu, beda pula  lah kebutuhan dan biaya hidup sehari-hari. Bisa kita bayangkan berapa juta perbulan mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di Indonesia?. Saya sangat bersyukur bisa kuliah tanpa sepesen pun uang dari abah-ummi. Mulai dari berangkat ke Mesir hingga sampai Mesir. Di sini beasiswa yang saya dapat cukup untuk kebutuhan sehari-hari, mulai beli beras, sabun, ongkos kendaraan dan sedikit menabung untuk membeli kitab karena mahasiswa tanpa kitab seperti langit tanpa matahari mendung dan tak cerah. Namun, dengan kerja sampingan di warung dan membuat tempe, saya selalu berusaha menabung dan jika sampai nominal yang diharapkan langsung saya kirimkan ke Indonesia Insya Allah guna bisa membantu membeli Obat buat abah atau membayar SPP Adek, Amiril Wachid. Semua itu saya lakukan ikhlas tak ada rasa kecewa atau pun sedih karena dulu saya selalu merepotkan abah-ummi. Membuat abah-ummi bingung dengan kenakalan dan uang jajan yang selalu saya minta dengan paksa.

Mahasiswa yang bekerja tentunya beda dengan mahasiswa yang selalu berkutat dengan kitab, sibuk dengan kajian. Jadi, jangan disamakan saya dengan mahasiswa lain. Tentunya Abah-ummi sekeluarga tahu Khoirul Azzam di film KCB, betapa dia susah payah bisa lulus hingga 9 tahun di Kairo. Usaha dan harapan saya,  bisa lulus dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dan memperoleh ilmu yang manfaat dan berkah yang menjadikan pemiliknya rendah hati. Dengan mengabdi kepada orang tua, saya memohon kepada Allah agar melebur dosa-dosa saya dan menjadikan saya orang yang baik dan mendapat ilmu yang manfaat dan berkah.

Abah-Ummi, hidup tak mesti seperti yang kita angankan. Begini lah hidup, inilah garis yang telah digoreskan oleh Tuhan untuk kita. Dengan seperti ini saya khususnya bisa menjadi lebih dewasa, mandiri dalam menjalani hidup. Ikhtiyar, Ikhlas, Sabar, Syukur, dan Tawakkal itulah pintu keluar dari semua permasalahan yang kita hadapi di kehidupan ini.

Saya sangat berterima kasih kepada panjenengan yang telah merawat, mendidik saya hinga tumbuh dewasa ini. Tanpa Abah-Ummi apalah arti seorang Achmad Ainul Yaqin? Abah-Ummi sekeluarga juga jangan terlalu berlebihan dalam membanggakan anak atau menginginkan anak-anaknya menjadi ini dan itu. Perbanyaklah doa semoga kami anak-anak abah-ummi menjadi anak yang sholeh-sholehah, orang yang bisa mengharumkan nama orang tua hingga mengantarkannya ke surga tempat yang kekal, menjadi orang yang sukses berguna bagi Agama, bangsa dan masyarakat.

Abah-Ummi, putra-putri panjenengan sudah besar sampai abah-ummi menjadi kakek-nenek sekarang. Harapan dari anak panjengan ini, semoga Abah-Ummi istiqomah dalam mencari bekal di kehidupan yang mendatang, ajek/lurus dalam ibadah, tak enggan mencai ilmu, dan tak berhenti sedetik pun mendoakan anak dan cucu panjenengan.

Saya bangga dan sangat bersyukur menjadi anak Abah-Ummi. Dengan segala kesabaran abah-ummi,  saya bisa seperti ini, menghirup udara di tanah para Nabi, mengenyam bangku pendidikan secara normal padahal semua itu belum pernah dirasakan oleh abah-ummi. Semoga itu semua menjadi Amal jariyah bagi panjenengan hingga menjadi saksi di hari perhitungan yang tak ada penolong pun kecuali amal baik. Amin Ya Robbal Alamin.

Sekian dulu surat dari saya, semoga mampu menjadi penawar kangen abah-ummi sekeluarga.

Wassalam.

Kairo 7 Februari 2012


Salam rindu tiada tara dari anakmu
Achmad Ainul Yaqin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar