Sabtu, 20 September 2014

Belajar Legowo dari Syekh Yusri

Lebih dari 12 tahun beliau mengajar kitab pertama yang dirokemendasikan ulama sejagat raya untuk dikaji setelah kitab suci, Al-Quran. Dengan istiqamah dan khusyuknya beliau membaca, menelaah, mengkaji, dan menjelaskan isi kandungan hadis-hadis Nabi yang tertera di kitab Sahih buah karya Imam Muhammad bin Ismail bin Mughirah Al-Bukhari di Masjid Al-Azhar. Amat jarang beliau berhalangan, bahkan bila ada acara yang bertepatan di hari beliau mengajar, beliau menyempatkan hadir mengisi pelajaran barang 20 hingga 30 menit. Beliau berpegang teguh pada hadis Nabi yang didokumentasikan Imam Bukhari dan Muslim, “Amalan yang berterusan lebih dicintai oleh Allah meskipun sedikit.”

Tepatnya 4 tahun yang lalu saat masih terasa hangat suasana Kairo, salah seorang teman mengajak saya mengaji kitab Sahih Bukhari yang diampu langsung oleh Syekh Yusri Rusydi Jabr Al-Hasani. Sepintas dan pertama kali melihat wajah beliau, ada cahaya meneduhkan dan memancar. Saya mengimani itulah asar dari penghambaan beliau kepada Tuhan. Awal-awal mengaji, rasa kantuk menghujam saya bertubi-tubi. Saya pun terpelanting dan terbang ke alam mimpi, begitu bangun azan Zuhur berkumandang dan pengajian segera diakhiri. Belum memiliki kitab dan masih terasa asing dengan bahasa Araba Amiiyah, jawaban saya ketika diwawancarai teman-teman perihal dengkuran saya.

Seiring dengan berjalannya waktu, 3,5 tahun berlalu dan meski cukup sering meliburkan diri, saya berusaha untuk menghadiri majelis Syekh Yusri Rusydi lantaran selalu ada pelajaran dan ilmu yang baru di setiap pengajian beliau. Bahkan dalam satu hadis yang sama, beliau menjelaskan dengan versi dan intisari yang berbeda.

Tiba-tiba ada keputusan para petinggi Al-Azhar, bahwa sebagian pengajian-pengajian di masjid Al-Azhar akan dipindahkan ke masjid dan tempat lain guna memperluas risalah Al-Azhar dan menghidupkan halakah-halakah ilmiyah ulama Al-Azhar di masjid-masjid yang dulunya aktif menggelar majelis taklim.

Pengajian Sahih Bukhari Syekh Yusri Rusydi yang berjalan lebih dari 12 tahun pun ikut digeser di masjid Imam Ahmad Ad-Dardiri yang tak jauh berada di belakang Masjid Al-Azhar. Sebenarnya para murid beliau keberatan, bahkan direktur pelaksana majelis ilmu masjid Al-Azhar sudah ancang-ancang akan mengajukan ke atasan surat pengecualian untuk Syekh Yusri Rusydi agar pengajian beliau tetap di masjid Al-Azhar lantaran kitab yang dikaji sangat penting dan beliau sudah 12 tahun lebih istiqamah mengajar kitab tersebut. Tapi Syekh Yusri menolak dan legowo dengan keputusan itu. Saya melihat sendiri percakapan keduanya sebelum Syekh Yusri memulai pengajian dan mengumumkan pengajian beliau akan berpindah di masjid Imam Ahmad As-Dardiri.

Dari situ saya semakin terkesima oleh akhlak ulama Al-Azhar. Syekh Yusri –meskipun tidak secara lisan- mengajarkan kepada murid-muridnya sikap legowo akan keputusan Allah dan rido serta rela apa yang telah dipilihkan Allah untuk kita. Bisa saja dan sangat bisa bilamana Syekh Yusri meminta langsung pengecualian pengajian beliau kepada Grand Shaikh Al-Azhar, mengingat hubungan keduanya cukup dekat. Namun Syekh Yusri bersikap lain dan menerima apa yang telah digariskan.

Terkadang saya membayangkan, andai saja saya menjadi Syekh Yusri, mungkin saya akan protes dan marah-marah lantaran perjuangan saya selama lebih dari 12 tahun mengabdi di Al-Azhar tidak digubris. Bayangkan lebih dari 12 tahun mengajar di masjid yang menjadi menara ilmu Islam se-dunia lalu dipindahkan ke salah satu masjid kecil salah seorang wali Mesir. Ya, hal ini memaksa saya membaca lebih jauh tentang sikap dan akhlak ulama Al-Azhar. Bagaimana sikap dan ucap mereka saling beriringan bukan berpunggungan. Tata krama, budi pekerti dan mengedepankan hati menjadi suatu titik yang harus diletakkan di barisan pertama sebelum melangkahkan kaki.

Banyak suluk dan pola pikir yang saya dapatkan dari setiap majelis Syekh Yusri. Tidak hanya pelajaran lisan dan tulisan, melainkan juga ilmu yang berupa perbuatan. Mungkin malam ini menjadi malam terakhir saya mengaji kepada beliau sebelum esok hari saya pulang ke kampung halaman. 

Semoga beliau selalu diberi kesehatan dan dipanjangkan umurnya dan semoga saya diberi ilmu manfaat dan juga kesempatan untuk bisa datang lagi ke Mesir yang entah berapa tahun lagi, dan menghadiri majelis ilmu serta memandang wajah ulama Al-Azhar khususnya Syekh Yusri Rusydi Jabr Al-Hasani, seorang ulama Rabbani yang sekaligus dokter bedah.


Kairo, 21 September 2014      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar