Jumat, 11 April 2014

Mengapa PKS yang Sering Saya Kritik?

Pertanyaan seperti itu muncul di benak sebagian kawan-kawan saya. Memang tak jarang PKS menjadi bahan kritikan saya, meski partai lain tak sesering PKS. Perlu digarisbawahi, saya bukan salah satu kader partai yang mengikuti Pemilu baik tahun-tahun lalu maupun 2014. Saya juga bukan orang pesanan yang dengan gampang dibayar untuk membuat suatu opini atau wacana yang bertujuan membenci suatu kelompok. Kritikan saya bukan berlandaskan api kebencian kepada sesama muslim melainkan -menurut saya- perlu ada yang dibenahi dari pola pikir sebagian saudara-saudara seiman saya yang menjadi kader PKS.

Mungkin sebagian teman saya yang menjadi lawan politik PKS akan berkipas-kipas membaca tulisan saya ini, biarlah terserah mereka karena saya menulis bukan dari desakan orang lain tapi keinginan diri sendiri. Lantas mengapa partai lain tak seperti PKS dalam pandangan saya? Karena PKS dengan getol membawa simbol-simbol Islam untuk meraup suara masyarakat dan menduduki kursi pemerintahan dan ketika PKS melakukan kesalahan –yang sebenarnya wajar sebab manusia-, apalagi kesalahan yang fatal, maka secara otomatis nama Islam ikut tercoreng.


Partai Islam lain seperti PBB, PAN, PKB, PPP tentu berbasis Islam pula namun tak senarsis PKS yang seakan lebih islami dan semua kadernya seolah berkehidupan penuh akan nuansa Islam yang sejatinya nuansa Arab. Juga pola pikir para kader yang dibatasi dan dikekang oleh para murabbi dengan harus berbaik sangka kepada orang dalam partai namun perlu waspada dan hati-hati –bahasa halus saya- kepada orang asing (luar partai). Kalau memang PKS berjuang demi kepentingan umum, bisa kita lihat bagaimana para kadernya mengisolasi diri dan agak emoh bermuamalah dengan masyarakat lain selain sesama para kader.

Belum lagi awal perengkrutan kader, para calon ‘korban’ akan diiming-imingi majlis atau kajian ilmiyah untuk mau bergabung yang nantinya akan dijadikan kader. Dan juga setelah ideologi para kader baru mulai mengakar, majlis atau kajian ilmiyah menjadi majlis siyasah/politik yang intinya menyitir apapun dari Islam –baik Al-Quran atau Hadis- yang bisa dijadikan senjata dan tameng untuk kepentingan politiknya.

Contoh kongkrit dan simpelnya sudah akrab kita ketahui, bagaimana kader PKS mempermainkan angka atau nomer urut PKS dan dikait-kaitkan dengan urutan surat dalam Al-Quran serta ditafsirkan dengan nafsu politiknya.

Kita juga tak lupa saat Pak LHI –maaf saya tak mencantumkan ustaz- dinyatakan bersalah oleh KPK dalam kasus suap impor daging, betapa para petinggi PKS membela mati-matian dengan dalih konspirasi Zionis, padahal saya yakin Pak Abraham Shamad tak mengenal pimpinan Zionis di Israel. Tak cukup itu, para kader militan PKS malah menyerupakan LHI dengan Nabi Yusuf yang difitnah lalu dipenjara. Waw, amat melankolis? PKS begitu beraninya menabikan orang yang benar-benar telah dinyatakan bersalah. Apakah ini yang diajarkan di setiap liqo’nya?

Tentu di zaman yang penuh dengan degradasi moral ini, agama menjadi alat jual yang amat laku. Dan masyarakat kita yang mayoritas Islam menjadi sasaran empuk yang wajib disantap. Kembali ke pertanyaan besar di atas, mengapa PKS yang sering saya kritik? Karena PKS menjadikan agama sebagai pakaian politiknya dan saya seorang mahasiswa yang sedang belajar agama, jadi saya berhak dan berkewajiban mempekerjakan nalar saya untuk hal-hal yang bersinggungan dengan agama, apalagi saat agama dipermainkan hanya untuk sebuah kekuasaan.

Mulanya, saya tak ingin meng-upload tulisan  ini di blog pribadi saya cukup di status Facebook saja karena tak seberapa penting, tapi begitu banyak apresiasi yang datang dari kawan-kawan saya baik dari mantan kader PKS maupun orang asing (luar PKS) dan supaya tulisan ini bisa dibenarkan bila benar dan disalahkan jika dianggap keliru. Saya menulis tulisan ini pada tanggal 18 Maret 2014 dan saya post pada 11 April 2014, jadi tak akan mempengaruhi hasil Pemilu 9 April 2014.

Semoga Tuhan selalu menunjukkan kita sebuah kebenaran dan menggerakkan kita menapakinya, dan pula memberitahu kita sebuah keburukan sekaligus menjauhkan kita darinya.