![]() |
Ibu dan keponakanku |
Ibu, tiga tahun lebih aku menghilang darimu dan
kau pun lagi-lagi terpaksa bersabar mengubur rasa rindumu padaku. Bulan depan
umurku genap 23 tahun, 11 tahun kuhabiskan jauh darimu.
Ibu, amat disayangkan aku tak membawa fotomu ke
tanah rantauku. Atau berfoto bersamamu. Dan jika luapan rinduku tak
tertahankan, aku bisa memandangi foto-foto itu. Tapi sudahlah, mungkin lantaran
itulah aku jarang menangisimu.
Tapi Bu, tahun lalu salah seorang tetangga kita
yang paham dunia maya dan internet mengirimiku fotomu. Kau masih cantik dan
awet muda, Bu. Aku bersyukur awet mudamu inilah yang menitis dan menurun padaku. Buktinya, wajahku terlihat lebih muda 6 tahun dari umurku.
Ibu, kau tahu meski semasa kecilku aku
merepotkanmu dengan sikap brutalku, tapi kau tahu dengan pasti, aku anak yang
terlalu cengeng menangisi orang tuanya.
Ibu, aku masih ingat dulu kala aku menggores
hati sucimu dengan kenakalanku. Saat itu dengan kesalnya kau menghadikku dengan
doamu, “Byuh, kapan kau ini bisa membahagiakan orang tuamu. Bisanya hanya
menyakiti hati orang tua saja. Semoga kelak kau menjadi anak yang bisa
membanggakan orang tuamu, ya Nak?”
Entahlah, Bu. Aku belum tahu apakah doamu itu
sudah terkabul atau masih ditangguhkan lantaran anakmu ini masih tak tahu malu.
Ibu, kau tahu peristiwa yang paling manis dalam hidupku
bersamamu? Saat kau menciumku, memelukku dengan tangisan haru. Kalau tak salah,
kau lakukan itu tiga kali. Terakhir, saat kita di bandara melepas pandangan
satu sama lain.
Ibu, tatkala aku dalam kesusahan di negeri
orang, doa dan tirakatmu yang menyelamatkanku. Demi Tuhan, aku bersaksi bahwa seluruh
ibadah dan kebaikanmu, kau hadiahkan untuk anak-anakmu.
Ibu, dengan sabar kau rawat bapak di hari
tuanya. Dengan sabar kau kais rejeki keluarga kita. Dengan sabar kau
membesarkanku. Dan dengan sabar kau terima jalan hidupmu sebagai ibuku.
Ibu, aku berjanji akan mencarikanmu menantu
yang sepertimu. Secantik kau, sesabar kau, seteguh kau. Agar sosokmu tak lagi lenyap
dari hidupku.
Ibu, meskipun kau tak membaca kata-kataku ini,
aku yakin kau adalah seorang ibu yang tak butuh balasan cinta anaknya. Karena kau
mencinta dengan segalanya.
Ibu, sungguh aku mencintaimu dengan cinta yang utuh
dan seluruh.
Kairo, 22/12/13