Malam ini, sewaktu kutatap layar
monitor notebook, terpampang jelas nama seorang teman SD di beranda facebook. Sebuah
nama yang melemparku ke masa silam. Masa kanak-kanak yang masih amat awam.
Ah, saat itu kupelajari dan kuhafalkan
bersamanya lagu-lagu kebangsaan. Yang cepat dan selalu terekam di ingatkanku
adalah lagu Padamu Negeri. Sajaknya sedikit dan kerap dinyanyikan oleh pemain
Timnas sesaat sebelum pertandingan. Meski singkat, arti yang terkandung di
dalamnya amatlah dalam dan tinggi.
Ketika perpisahan Sekolah Dasar
di gedung yang cukup gagah. Kami mendendangkannya dengan lirik yang
sesungguhnya;
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami
Tapi, tiba-tiba keningku
mengerling. Alisku membulat dan gigiku mengeluarkan taring. Saat aku membaca
lirik lagu Kusbini itu diganti oleh orang-orang penting. Orang-orang penting yang
sinting, yang selalu membuat negeri ini terasa genting.
Dengan bangganya mereka mengubah.
Lalu melagukannya dengan tanpa dosa di hadapan rakyat setelah mereka resmi menggenggam
nasib bangsa;
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami korupsi
Padamu negeri kami bohongi
Darimu negeri harta benda kami
Aku tak mengerti apakah guru mereka
yang mengajarkannya. Atau jangan-jangan mereka lebih hebat dari guru mereka
hingga semerta-merta mereka mencuri dan mengubah sebuah ciptaan. Aku tak
mengerti, bisikan setankah ini atau memang mereka terlahir untuk melakukan ini.
Aku tak mengerti apakah mereka juga mengajarkannya kepada anak cucu dan
generasi setelahnya. Aku tak mengerti mengapa begini. Aku masih tak mengerti.
#Terilhami dari puisi Gus Mus
“Aku Masih Hafal Nyanyian itu”
Kairo, 12 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar