Setiap
mendengar kata “Gaza”, raga ini seakan hendak meluluhlantahkan pekikan jiwa. Nurani
tak kuasa memuntahkan air mata. Dan darah di tubuh seolah membeku sejenak
merasa tak lagi berdaya dan berharga.
Gaza, kota
yang dipadati dentuman bom, tembakan, roket, dan alat tempur lainnya tak akan
pernah tunduk dan tersungkur di kaki para cukong penjajahan. Tak akan menyerah
di tangan ‘manusia saingan Tuhan’. Tak akan kalah dengan gempuran serangan
mereka yang tak punya rasa kemanusiaan.
Anak-anak
bersimbah darah. Ibu-ibu berteriak dan berlari tak kenal arah. Para pemuda
dengan gigih melawan dengan apa saja. Para relawan sibuk mengangkuti korban dan menggotong mayat-mayat yang tak berdosa dan bersalah.
Zionis yang penuh
girah, gairah, nafsu, hasrat, dan amarah tak lagi memiliki hati untuk melakukan setiap 'ajarannya'. Mereka memposisikan diri seperti Tuhan yang saat berkehendak pada
sesuatu, maka sesuatu itu haruslah terjadi, terwujud, dan ada. Ajaran apa
yang membunuh orang tak berdosa? Syariat siapa yang menerbarkan kerusakan di
dunia? Tuhan yang mana yang mengiyakan perbuatan mereka?
Musa, Isa, dan Muhammad tak pernah mengajarkan kebencian
dan permusuhan. Risalah yang mereka bawa adalah pemberian agung dari Tuhan
untuk umat manusia supaya saling mencintai, melengkapi, menyayangi, berbagi
tanpa saling tampar dan lempar tuduhan dan kutukan.
Gaza tanggung jawab kita semua, bersama, tanpa melihat
identitas agama. Percuma hanya mengutuk Zionis Israel dan tak ada gunanya
melaknat mereka. Lantaran Tuhan berkali-kali mengutuk dan melaknat mereka tapi mereka tak jua mengiba. Bantuan, dukungan, terlebih doa dan air mata dunia lebih
dibutuhkan Gaza dan rakyatnya.
Gaza, kaulah air mata dunia...
Kairo, 5 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar