Suatu
ketika ada dua anak muda yang salat Isya berjamaah di masjid. Dan setelah
salat, mereka mengikuti majlim taklim/ilmu yang sudah dijadwalkan pengurus
masjid. Selepas pengajian, si A bersalaman dengan Ustaz yang mengajar lalu
keluar masjid. Berbeda dengan si B yang memilih beriktikaf dan berzikir di
masjid terlebih dahulu.
Keluar
dari masjid, A menemukan pasangan pemuda-pemudi bergandengan tangan. Keduanya mabuk
dan berjalan sempoyongan. Pemuda itu berusaha jalan setegap mungkin sembari
menggenggam botol minuman keras di tangannya. Sedangkan pemudi itu dengan
pakaian ketat dan minimnya hanya bisa bersandar ke tubuh kekasihnya. Melihat pemandangan
itu, A tersenyum kepada mereka dan berpesan untuk hati-hati. Beberapa langkah kemudian,
hatinya terenyuh, matanya memendung, ia pun berdoa, “Allah, ampunilah kedua
hamba-Mu itu. Berilah mereka petunjuk dan kembalikanlah mereka ke jalan-Mu yang
benar. Sesungguhnya mereka masih muda dan mempunyai kesempatan yang panjang
mengabdi kepada-Mu dan untuk agama-Mu.”
***
Selang
beberapa menit kemudian, si B keluar dari masjid dan sepasang muda-mudi itu
masih sempoyongan di jalan dekat masjid. Seketika melihat sepasang kekasih yang
sedang mabuk itu, mata B langsung melotot dan memicing, jantungnya berdegup
kencang, tangannya mengepal dan berseloroh, “Hei, dasar pemuda tidak tahu malu!
Minuman keras itu haram! Mabuk itu dosa besar! Kamu juga, perempuan jalang! Berpakaianlah
yang baik! Jangan berpakaian seperti ini! Ini melanggar perintah Allah! Bisa-bisa
masuk neraka kalian!”
B langsung menjauh dan merasa risih dengan mereka berdua. Dalam hatinya, “Cih, jangan sampai diriku seperti mereka. Kalau sampai aku seperti mereka, sia-sia dong ibadahku, mengajiku, dan zikirku selama ini.”
***
Dari kisah tersebut, pembaca tentunya akan bisa menarik kesimpulan perbedaan antara sikap si A dan B dalam menanggapi suatu kondisi masyarakat yang –sebetulnya- sama-sama tidak diinginkan. A menanggapinya dengan bijaksana, melontarkan senyum, berpesan agar hati-hati di jalan, bahkan mendoakan agar diberi petunjuk oleh Allah. Berbeda dengan B yang lebih banyak menistakan, mencerca, mencemooh, menghina, dan merendahkan, lalu merasa jijik dan merasa risih lantaran ia sudah melakukan ibadah ini dan itu.
Menurut Anda mana di antara A dan B yang bisa membawa kebaikan pada pemuda-pemudi yang sedang menenggak minuman keras itu? Mana di antara A dan B yang bisa menunjukkan mereka berdua ke jalan yang benar bila mereka ingin bertaubat dan memulai hidup dengan benar?
Tentu
jawabannya adalah A karena A tidak merasa risih dan jijik dengan keduanya,
sedangkan B bagaimana dia bisa bernahimungkar atau menunjukkan mereka ke jalan
yang benar, melihat mereka saja si B sudah enek dan ingin muntah? Inilah
perbedaan antara ilmu Allah dan ilmu setan.
*Cerita diambil dari pengajian Habib Ali Zaenal Abidin Al-Jufri
*Cerita diambil dari pengajian Habib Ali Zaenal Abidin Al-Jufri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar