Selasa, 15 Juli 2014

10 Poin Menjawab Tuduhan Kesesatan terhadap Quraish Shihab

“Tentang kemuliaan di sisi Allah pak Quraisy, itu kan Nabi Muhammad sudah dijamin sebagai manusia yang paling mulia yang masuk surga gitu? Nah untuk kita-kita manusia yang hidup pada zaman sekarang atau masa depan atau masa yang akan datang, apakah ada kemungkinan mengejar status itu, paling tidak hampir seberapanyalah gitu?” tanya Hedi Yunus.

“Tidak benar. Saya ulangi lagi tidak benar bahwa Nabi Muhammad mendapat jaminan Surga. Nahh.. surga itu hak prerogratif Allah. Ya tho? memang kita yakin bahwa beliau mulia. kenapa saya katakan begitu? Karena ada seorang sahabat nabi dikenal orang… terus para Sahabat di sekitarnya berkata, bahagialah engkau akan mendapat surga. Kemudian Nabi dengar, siapa yang bilang begitu, Nabi berkata, tidak seorang pun orang masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya, Hingga Anda wahai Rasulullah. Nabi menjawab iya bahkan saya pun...” jawab Prof. Dr. Quraish Shihab.

***

Kurang lebih seperti itulah percakapan antara pembawa acara, Hedi Yunus, dan narasumber, Prof. Dr. Quraish Shihab. Dalam pertanyaan Hedi, terlihat bahwa pertanyaan dia sangat umum dan untuk menjawabnya bisa saja dari segala sisi yang berhubungan dengan surga. Prof. Dr. Quraish Shihab menjawab dari sisi amal perbuatan, bahwa amal perbuatan tidak menjamin seseorang masuk surga karena surga adalah hak prerogratif Allah. Allah berhak memasukkan seseorang yang gemar melakukan dosa ke surga dan Allah berhak pula menjerumuskan ahli ibadah ke neraka karena kita sebagai manusia biasa tidak tahu hakikat kematian dan nasib setiap orang.

“.... Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga.” [HR. Bukhari-Muslim/Hadis ke 4 dari Hadis Arbain Nawawi]

 “Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’: 23)

Akan tetapi bagi mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan tulus beribadah karena Allah, beramal baik, berakhlak karimah, maka Allah akan memberinya rahmat, kasih sayang. Dan dengan rahmat itulah Allah memasukkannya ke dalam surga seperti bunyi hadis yang disampaikan Prof. Dr. Quraish Shihab. Ada beberapa hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad bin Hambal yang bermakna serupa dengan yang disampaikan Prof. Dr. Quraish Shihab, dan setidaknya ada 3 sahabat yang meriwayatkan hadis-hadis dengan tema yang sama, Sayidah Aisyah, Abu Said Al-Khudri, dan Salman Al-Farisi.

“Salah seorang di antara kalian tidak akan masuk surga dengan amalnya. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apakah anda juga demikian? Beliau bersabda: Ya, hingga Allah meliputiku dengan rahmat-Nya.”

Makna hadis tersebut bahwa hingga Rasulullah pun tidak ada jaminan masuk surga karena amal ibadahnya, padahal kita tahu ibadah Rasulullah sangatlah luar biasa. Kalau Rasulullah saja tidak dijamin oleh Allah masuk surga lantaran amal ibadahnya, apalagi kita umatnya yang jarang beribadah.

Rasulullah mendirikan salat malam dan berzikir hingga bengkak kedua kakinya. Beliau pun ditanya: “Mengapa Anda membebani diri dengan hal yang demikian? Bukankah Allah swt. telah mengampuni Anda dari segala dosa Anda, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak patutkah saya menjadi hamba Allah yang bersyukur?” [HR. Bukhari-Muslim]

Lantas, dengan demikian apakah amal ibadah tidak penting dan tidak perlu dilakukan? Tentu ini logika yang tidak benar. Karena dengan beramal saleh saja, kita belum tentu bisa masuk surga, apalagi tidak beramal baik sama sekali.

Sesuai hadis yang serupa dengan yang disampaikan Prof. Dr. Quraish Shihab tadi, ada pengecualian, yaitu seseorang bisa masuk surga bila ia diliputi oleh Allah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya. Bagaimana kita akan mendapat kasih sayang Allah, kalau kita tidak pernah berbuat baik dan menyembah-Nya? Secara nalar tentu tidak bisa dibenarkan.

Guru kami, Syekh Yusri Rusydi, pengajar kitab Sahih Bukhari di Masjid Al-Azhar, Kairo-Mesir, pernah menjelaskan bahwa rahmat yang diberikan Allah kepada kita itu adalah Rasulullah. Karena Allah berfirman mengenai Nabi Muhammad:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat/kasih sayang bagi semesta alam).” (QS Al Anbiya’ : 107).

Juga hadis Nabi yang berbunyi:

“Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (untuk semesta).”[Mustadrak Al-Hakim]

Lalu, apakah benar Nabi Muhammad tidak dijamin masuk surga?

1.   Nabi Muhammad tidak dijamin masuk surga DENGAN AMAL IBADAH beliau, seperti yang disampaikan Prof. Dr. Quraish Shihab dan sesuai hadis dan keterangan di atas. Namun hadis tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak akan memasukkan seseorang ke surga karena amalnya kecuali Allah telah memberinya rahmat. Dan tentu Allah telah memberi rahmat kepada Nabi Muhammad, bagaimana Allah tidak memberi rahmat kepada Nabi, lha wong Nabi sendiri itu dijadikan rahmat oleh Allah untuk semesta alam. Jadi, Nabi Muhammad sudah barang tentu masuk surga karena beliau sudah diberi bahkan dijadikan Allah sebagai rahmat yang merupakan syarat mutlak seorang hamba masuk surga Allah.

2.  Prof. Dr. Quraish Shihab menjawab pertanyaan pembawa acara dengan mengambil tema bahwa amal ibadah tidak menjamin seseorang hingga Nabi pun masuk surga. Saya menganggap jawaban beliau sangat pas untuk kondisi masyarakat Indonesia sekarang, melihat banyak orang yang merasa jumawa dan suci lantaran telah beribadah ini dan itu, telah haji dan umroh berkali-kali, menyumbang sekian puluh juta untuk yayasan A dan B.

3. Prof. Dr. Quraish Shihab sendiri sudah menjawab kerancuan atau pemahaman yang ambigu tentang hadis yang beliau sampaikan dengan mengutip intisari dari tafsir surat Ad-Dhuha ayat 5 bahwasannya Rasulullah diberi oleh Allah sesuatu yang membuat Rasulullah senang atau rido, dan itu kita tafsirkan sebagai surga atau sesuatu yang lain, jelas beliau.

4.  Prof. Dr. Quraish Shihab dalam video itu juga menekankan artikulasi atau pelafalan kata DENGAN AMAL IBADAH, ini sudah jelas bahwa yang ingin beliau maksudkan adalah Nabi tidak dijamin masuk surga karena amal ibadahnya. Adapun Nabi masuk surga, sudah jelas beliau dijamin masuk surga tapi tidak dengan mengandalkan amal ibadah beliau.

5.  Kalau toh, Prof. Dr. Quraish Shihab benar-benar mempercayai dan mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak masuk surga, lantas mengapa Prof. Dr. Qurasih Shihab mengikuti agama Nabi Muhammad, bahkan beliau belajar berpuluh-puluh tahun mendalami ajaran Nabi Muhammad? Sangat (maaf) bodoh sekali seorang Profesor yang bertentangan dengan apa yang ia yakini dan pelajari.

6. Perlu kita telaah ulang dan kita kaji terlebih dahulu. Tidak serta merta dan sontak menuduh orang lain sesat. Apalagi yang kita tuduh orang yang pengetahuan agamanya jauh di atas kita. Jangan-jangan kita yang gampang tersulut dengan omongan orang lain dan dengan mudah kita dijadikan domba yang cepat bisa diadu.

7. Dulu, Rasulullah dan para Sahabat menjadikan agama untuk mempersatukan umat. Namun naasnya, sekarang ada oknum-oknum tertentu yang justru memakai agama untuk memperpecahbelah umat dengan tujuan agar umat mengikuti kelompoknya, alirannya, ajarannya, ajaran yang penuh kebencian.

8.  Prof. Dr. Quraish Shihab adalah ulama moderat, toleran, dan ahlu sunnah wal jamaah, bukan Syiah atau yang lainnya. Kita perlu waspada, jangan-jangan ini sengaja menjadi angin segar bagi Wahabi untuk merusak citra nama ulama ahlu sunnah wal jamaah Nusantara dengan tuduhan syiah, sesat, dll.

9. Isu saling menyesatkan di Indonesia semakin kental semenjak munculnya aliran Wahabi dan Syiah di Indonesia. Hingga ulama Ahlu sunnah wal jamaah dijadikan korban dengan tuduhan syiah atau wahabi yang sejatinya itu disematkan oleh Syiah sendiri atau Wahabi.

10. Jangan serta merta menerima kabar, berita lalu menyebarkannya tanpa menanyakannya kepada orang yang memang ahli dalam bidangnya. Dan sebaiknya belajar ilmu agama memanglah dengan guru, bukan hanya membaca dari internet apalagi yang dibaca tidak tersaring terlebih dahulu mana yang cocok untuk dibaca dan mana yang tidak.

Wallahu A’lam.


Hormat kami,
Achmad Ainul Yaqin,

Mahasiswa Tingkat Akhir, Fakultas Ushuluddin-Hadis, Universitas Al-Azhar-Kairo