Ah, mengapa aku tak kunjung bisa terlelap? Mengapa
bayang-bayang itu masih menggelantungi pikiranku? Mengapa aku tak sanggup mengusirnya? Mengapa nuraniku selalu mendorongku
untuk mengingatnya? Mengapa setiap memejamkan mata, peristiwa-peristiwa yang membuat mata menjadi mendung itu justru kian terekam dan menikam alam
tidurku? Astaga, mengapa ini? Mengapa?
Entah berapa kali aku memulai tidurku tapi
tak jua mata bisa mengatup, padahal mulut tak henti-hentinya menguap. Ya, apa
yang aku tonton dari video-video milik ayahku yang disimpan di ruang kerjanya
benar-benar membuat orang yang bernurani menyeka air matanya berkali-kali. Bagaimana
tidak, video itu berisi kejadian-kejadian biadab yang terjadi di kawasan Timur
Tengah. Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, dan Libya. Mulai dari pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan
massal, tertembaknya seorang balita sampai setengah
dari tubuhnya terpisah, seorang ibu tua yang menjadi bulan-bulanan anjing,
seorang bapak yang sedang menyelamatkan anaknya dari serangan tentara tak
beradab ditembak kaki kanannya hingga terputus, seorang gadis kecil yang tak
mampu menyeka air mata di tengah bangunan yang runtuh. Seorang pemuda yang
hampir telanjang disetrum habis-habisan hingga
sekarat. Ah, aku tak bisa meneruskan menonton video itu. Bagiku itu bukan
tontotan. Tapi itu bukti kekejaman orang-orang yang tuna nurani.
Siang tadi memang ayah berkumpul dengan teman-temannya
dari luar negeri di sebuah hotel. Entah apa yang mereka lakukan, yang jelas ayah membawa beberapa keping video mengenaskan itu. Ayahku bukanlah
orang yang terkenal di negeri ini. Tapi ayahku mempunyai kolega yang luar
biasa. Aku pernah bertanya kepada sopirku, apa sebenarnya bisnis ayahku hingga
ia selalu merahasiakannya padaku. Sopirku pun membisu. Ayah hanya menjawab, “Ayah
takut keselamatanmu terancam bila kamu tahu bisnis ayah.” Hasrat keingintahuanku
semakin memuncak hingga akhirnya aku berhasil menguping komunikasi ayahku
dengan salah satu koleganya melalui telepon. Ternyata ayahku wakil Amerika Serikat-Israel atau Zionis di Indonesia.
Semenjak ibu tiada, ayah memang sering keluar
negeri yang aku pun tak pernah boleh ikut. Ayah juga sering mengundang
teman-temannya dari berbagai belahan bumi sekedar pesta di rumah. Menenggak
anggur dan membicarakan tajuk yang sangat intim. Entah bagaimana ceritanya ayah
bisa menjadi agen Mossad untuk Indonesia? Semenjak Afghanistan porak-poranda,
Irak hancur, Lebanon diserang bertubi-tubi, dan Palestina berhasil diduduki serta Libya dikuasai, kekayaan ayah semakin melimpah ruah. Rumah yang
semula cukup mewah dibangun terus menerus hingga menjelma
menjadi istana yang penuh dengan gemerlap kilauan emas dan permata. Tapi anehnya
ayah tak jua masyhur.
Tak hanya kehilangan ibu, ayah juga kehilangan
jalan hidupnya. Tak lagi beribadah, tak pula rajin bersedekah. Aku sebagai anak
tunggalnya hanya difasilitasi segala kemegahan dunia. Asal dengan satu syarat,
tak menanyakan pekerjaan ayah.
Setelah mengembalikan kepingan video tragis itu, tak sengaja aku menemukan dokumen berbahasa Inggris dan Arab. Sepertinya isinya
sama hanya berbeda bahasa saja. Aku baca yang berbahasa Inggris. Astaga! Benar dugaanku.
Selama ini konflik Suriah ternyata hasil rekayasa AS dan Israel. Astaga! Skenario apa lagi ini?
Sebelum pergi, ayah tadi bilang akan terbang
ke Amerika Serikat, ayah menetap beberapa minggu hingga berbulan-bulan di sana. Apa mungkin ada sangkut pautnya dengan pemberitaan yang
kini gencar di media massa bahwa Amerika Serikat akan menyerang pemerintah
Suriah yang dipimpin Basyar Asad? Mengapa ayahku ikut serta dalam mendalangi
kasus ini? Atau jangan-jangan ayah memang sudah menjadi salah satu dalang
hancurnya negara-negara Timur Tengah? Afghanistan, Irak,
Lebanon, Palestina, Libya dan sekarang Suriah? Bukankah ayah masih menyandang
status Muslim?
Kutatap lagi lembaran-lembaran kertas tebal
itu, kubaca dan telaah seteliti mungkin. Amerika Serikat dan Israel memang tak
ingin negara-negara Arab bangkit dan mandiri.
Amerika Serikat selalu bergairah menguasai dunia, agar semua negara tak bisa bernafas tanpa bantuan udaranya. Ya, sedikitnya aku paham apa yang
ditulis di kertas itu. Aku kuliah fakultas hubungan international, apalagi aku
lebih fokus pada Timur Tengah. Itu pun ayah yang memaksaku. Astaga! Jangan-jangan
kelak ayah menginginkanku menjadi penggantinya. Oh, Tuhan tidak! Aku tak mau! Aku tak ingin!
Di halaman lima puluh delapan, tertulis langkah awal melancarkan
serangan ke negara-negara Timur Tengah. Ternyata orang
Islam gampang terpecah hanya karena sebuah perbedaan. Isu pertama yang
dilemparkan ke masyarakat Timur Tengah adalah perbedaan aliran Sunni-Syiah,
kediktatoran, kelaliman, dan demokrasi. Isu-isu ini yang gampang menyulut
orang-orang Arab untuk perang saudara. Apa? Di paragraf terakhir tercatat,
AS-Israel sengaja membayar para ulama untuk mendekte, mendoktrin paradigma
masyarakat awam hingga menjadi sebuah dogma yang tak terbantahkan. Masyarakat
awam dicekoki paham radikalisme, anarkisme, hingga terorisme. Mereka juga
dimingi-imingi ganjaran yang luar biasa yaitu surga bila mereka meninggal. Tak lupa
mereka yang meninggal juga mendapatkan gelar ‘Syahid”. Bahkan para ulama itu
dibayar untuk mengeluarkan fatwa ‘jihad’ bagi perempuan yang rela disetubuhi
oleh para pemberontak pemerintah Suriah!
Langkah kedua, mereka
yang sudah terhipnotes oleh hasutan para ulama yang ditunjuk AS-Israel itu lalu
diberi persenjataan untuk menyerang pemerintah dengan dalih pemerintah berpaham
sesat dalam beragama, lalim dalam bertugas, dan mengekang kebebasan beragama. Mereka
juga dibayar setiap harinya dengan nominal yang tak bisa dianggap remeh-temeh. Gila!
Ini benar-benar gila. Siasat AS-Israel memang ciamik dan rapi. Sungguh gila dan
hebat dalam mengatur siasat. Pantas saja, sekian lama mengipas-ngipas konflik
Suriah dan tak kunjung berhasil, akhirnya AS mengancam akan menyerang Suriah.
Aha! Setahuku bukankah di Suriah tak ada perwakilan Duta Besar Amerika Serikat
dan Israel? Tak seperti Mesir, Qatar, dan negara Timur Tengah lain yang
berkibar di dalamnya bendera AS dan Israel?
Hanya dengan dua langkah
ini, konflik Suriah masih belum tuntas hingga saat ini. AS-Israel memang
benar-benar piawai dalam mengadu dan memprovokasi kaum awam. Lalu, apa langkah
berikutnya yang akan ditempuh? Kubuka lembar demi lembar tapi tak kutemukan. Mengapa
hanya dua langkah yang disebutkan dalam dokumen ini? Atau jangan-jangan langkah
berikutnya adalah berkumpulnya para agen AS-Israel di Washington seperti yang
ayahku katakan bahwa ayah ada keperluan di Washington bersama rekan kerjanya
dan menetap di sana beberapa minggu.
Episode apalagi yang
akan terjadi di negeri-negeri yang tak berdosa? Afghanistan, Irak, Lebanon,
Palestina, dan Libya telah dikuasai dan sekarang Suriah, lalu negara mana lagi
yang akan dijadikan tumbal berikutnya? Yaman, Mesir? Atau jangan-jangan
negeriku Indonesia menjadi tumbal terakhir? Tak mungkin, tidakkah Indonesia
sekarang sudah tunduk bin patuh dengan Amerika Serikat?
Lantas, bagaimana dengan
masa depanku bila memang benar ayah akan menunjukku menjadi pengantinya? Tidak mungkin!
Itu tidak mungkin! Aku bukan seperti ayah. Aku memang bukan pemeluk agama Islam
yang taat tapi aku masih punya naluri kemanusiaan, aku masih memiliki nurani,
melihat video tragis yang terjadi pada rakyat Afghanistan, Irak, Lebanon,
Palestina, dan Libya saja aku tak kuasa menuntaskannya. Bagaimana aku menjadi
dalang dalam membantaian itu? Kebebasan? Demi kebebasan mereka membunuh jutaan
nyawa, melenyapkan jutaan jiwa. Kebebasan macam apa itu! Setelah negara hancur
lebur, kebebasan pun terbatasi dengan aturan-aturan AS-Israel. Ah! Bulshit!
Berarti selama ini apa
yang aku makan, apa yang aku nikmati sebagai anak ayah adalah hasil mengenyahkan
jutaan orang yang tak berdosa. Mengucurkan darah yang suci. Memilukan anak-anak
yang hidup tanpa orang tua. Aku tak mau jadi penerus ayahku. Aku tak ingin
seperti ayah!
***
Sudah lima hari ini aku
dihantui rasa bersalah. Rekaman video pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan
massal, tertembaknya seorang balita sampai setengah dari tubuhnya terpisah,
seorang ibu tua yang menjadi bulan-bulanan anjing, seorang bapak yang sedang
menyelamatkan anaknya dari serangan tentara tak beradab ditembak kaki kanannya
hingga terputus, seorang gadis kecil yang tak mampu menyeka air mata di tengah
bangunan yang runtuh. Seorang pemuda
yang hampir telanjang disetrum habis-habisan hingga sekarat itu selalu lekat dan
membayangiku.
Bagaimana ini? Apa yang
harus aku jawab bila rahasia ini terbongkar dan aku mendadak terkenal sebagai
anak agen Zionis di Indonesia. Anak salah satu dalang yang meluluh-lantakkan
kehidupan orang-orang yang menginginkan hidup tenang dan nyaman. Atau justru
rahasia ini terbongkar saat aku menggantikan posisi ayahku? Ah! Semakin rumit
saja hidupku nanti. Aku tak ingin semua itu. Lebih baik nyawaku sendiri yang
raib daripada ribuan bahkan jutaan nyawa yang tak berdosa melayang karena ulah
ayahku atau ulahku. Yah, lebih baik aku mati ketimbang hidup megah di atas
kesengsaraan jutaan orang. Aku tak kuasa lagi menghirup udara dengan dihantui
rasa bersalah. Aku tak sanggup menahan naluri kemanusiaanku saat teringat
rekaman video itu. Aku tak sanggup lagi.
Doorr. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar