Jumat, 13 September 2013

Anak Agen Zionis

Ah, mengapa aku tak kunjung bisa terlelap? Mengapa bayang-bayang itu masih menggelantungi pikiranku? Mengapa aku tak sanggup mengusirnya? Mengapa nuraniku selalu mendorongku untuk mengingatnya? Mengapa setiap memejamkan mata, peristiwa-peristiwa yang membuat mata menjadi mendung itu justru kian terekam dan menikam alam tidurku? Astaga, mengapa ini? Mengapa?

Entah berapa kali aku memulai tidurku tapi tak jua mata bisa mengatup, padahal mulut tak henti-hentinya menguap. Ya, apa yang aku tonton dari video-video milik ayahku yang disimpan di ruang kerjanya benar-benar membuat orang yang bernurani menyeka air matanya berkali-kali. Bagaimana tidak, video itu berisi kejadian-kejadian biadab yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, dan Libya. Mulai dari pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan massal, tertembaknya seorang balita sampai setengah dari tubuhnya terpisah, seorang ibu tua yang menjadi bulan-bulanan anjing, seorang bapak yang sedang menyelamatkan anaknya dari serangan tentara tak beradab ditembak kaki kanannya hingga terputus, seorang gadis kecil yang tak mampu menyeka air mata di tengah bangunan yang runtuh. Seorang pemuda yang hampir telanjang disetrum habis-habisan hingga sekarat. Ah, aku tak bisa meneruskan menonton video itu. Bagiku itu bukan tontotan. Tapi itu bukti kekejaman orang-orang yang tuna nurani.

Siang tadi memang ayah berkumpul dengan teman-temannya dari luar negeri di sebuah hotel. Entah apa yang mereka lakukan, yang jelas ayah membawa beberapa keping video mengenaskan itu. Ayahku bukanlah orang yang terkenal di negeri ini. Tapi ayahku mempunyai kolega yang luar biasa. Aku pernah bertanya kepada sopirku, apa sebenarnya bisnis ayahku hingga ia selalu merahasiakannya padaku. Sopirku pun membisu. Ayah hanya menjawab, “Ayah takut keselamatanmu terancam bila kamu tahu bisnis ayah.” Hasrat keingintahuanku semakin memuncak hingga akhirnya aku berhasil menguping komunikasi ayahku dengan salah satu koleganya melalui telepon. Ternyata ayahku wakil Amerika Serikat-Israel atau Zionis di Indonesia.

Semenjak ibu tiada, ayah memang sering keluar negeri yang aku pun tak pernah boleh ikut. Ayah juga sering mengundang teman-temannya dari berbagai belahan bumi sekedar pesta di rumah. Menenggak anggur dan membicarakan tajuk yang sangat intim. Entah bagaimana ceritanya ayah bisa menjadi agen Mossad untuk Indonesia? Semenjak Afghanistan porak-poranda, Irak hancur, Lebanon diserang bertubi-tubi, dan Palestina berhasil diduduki serta Libya dikuasai, kekayaan ayah semakin melimpah ruah. Rumah yang semula cukup mewah dibangun terus menerus hingga menjelma menjadi istana yang penuh dengan gemerlap kilauan emas dan permata. Tapi anehnya ayah tak jua masyhur.

Tak hanya kehilangan ibu, ayah juga kehilangan jalan hidupnya. Tak lagi beribadah, tak pula rajin bersedekah. Aku sebagai anak tunggalnya hanya difasilitasi segala kemegahan dunia. Asal dengan satu syarat, tak menanyakan pekerjaan ayah.

Setelah mengembalikan kepingan video tragis itu, tak sengaja aku menemukan dokumen berbahasa Inggris dan Arab. Sepertinya isinya sama hanya berbeda bahasa saja. Aku baca yang berbahasa Inggris. Astaga! Benar dugaanku. Selama ini konflik Suriah ternyata hasil rekayasa AS dan Israel. Astaga! Skenario apa lagi ini?

Sebelum pergi, ayah tadi bilang akan terbang ke Amerika Serikat, ayah menetap beberapa minggu hingga berbulan-bulan di sana. Apa mungkin ada sangkut pautnya dengan pemberitaan yang kini gencar di media massa bahwa Amerika Serikat akan menyerang pemerintah Suriah yang dipimpin Basyar Asad? Mengapa ayahku ikut serta dalam mendalangi kasus ini? Atau jangan-jangan ayah memang sudah menjadi salah satu dalang hancurnya negara-negara Timur Tengah? Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, Libya dan sekarang Suriah? Bukankah ayah masih menyandang status Muslim?

Kutatap lagi lembaran-lembaran kertas tebal itu, kubaca dan telaah seteliti mungkin. Amerika Serikat dan Israel memang tak ingin negara-negara Arab bangkit dan mandiri. Amerika Serikat selalu bergairah menguasai dunia, agar semua negara tak bisa bernafas tanpa bantuan  udaranya. Ya, sedikitnya aku paham apa yang ditulis di kertas itu. Aku kuliah fakultas hubungan international, apalagi aku lebih fokus pada Timur Tengah. Itu pun ayah yang memaksaku. Astaga! Jangan-jangan kelak ayah menginginkanku menjadi penggantinya. Oh, Tuhan tidak! Aku tak mau! Aku tak ingin!

Di halaman lima puluh delapan, tertulis langkah awal melancarkan serangan ke negara-negara Timur Tengah. Ternyata orang Islam gampang terpecah hanya karena sebuah perbedaan. Isu pertama yang dilemparkan ke masyarakat Timur Tengah adalah perbedaan aliran Sunni-Syiah, kediktatoran, kelaliman, dan demokrasi. Isu-isu ini yang gampang menyulut orang-orang Arab untuk perang saudara. Apa? Di paragraf terakhir tercatat, AS-Israel sengaja membayar para ulama untuk mendekte, mendoktrin paradigma masyarakat awam hingga menjadi sebuah dogma yang tak terbantahkan. Masyarakat awam dicekoki paham radikalisme, anarkisme, hingga terorisme. Mereka juga dimingi-imingi ganjaran yang luar biasa yaitu surga bila mereka meninggal. Tak lupa mereka yang meninggal juga mendapatkan gelar ‘Syahid”. Bahkan para ulama itu dibayar untuk mengeluarkan fatwa ‘jihad’ bagi perempuan yang rela disetubuhi oleh para pemberontak pemerintah Suriah!

Langkah kedua, mereka yang sudah terhipnotes oleh hasutan para ulama yang ditunjuk AS-Israel itu lalu diberi persenjataan untuk menyerang pemerintah dengan dalih pemerintah berpaham sesat dalam beragama, lalim dalam bertugas, dan mengekang kebebasan beragama. Mereka juga dibayar setiap harinya dengan nominal yang tak bisa dianggap remeh-temeh. Gila! Ini benar-benar gila. Siasat AS-Israel memang ciamik dan rapi. Sungguh gila dan hebat dalam mengatur siasat. Pantas saja, sekian lama mengipas-ngipas konflik Suriah dan tak kunjung berhasil, akhirnya AS mengancam akan menyerang Suriah. Aha! Setahuku bukankah di Suriah tak ada perwakilan Duta Besar Amerika Serikat dan Israel? Tak seperti Mesir, Qatar, dan negara Timur Tengah lain yang berkibar di dalamnya bendera AS dan Israel?

Hanya dengan dua langkah ini, konflik Suriah masih belum tuntas hingga saat ini. AS-Israel memang benar-benar piawai dalam mengadu dan memprovokasi kaum awam. Lalu, apa langkah berikutnya yang akan ditempuh? Kubuka lembar demi lembar tapi tak kutemukan. Mengapa hanya dua langkah yang disebutkan dalam dokumen ini? Atau jangan-jangan langkah berikutnya adalah berkumpulnya para agen AS-Israel di Washington seperti yang ayahku katakan bahwa ayah ada keperluan di Washington bersama rekan kerjanya dan menetap di sana beberapa minggu.

Episode apalagi yang akan terjadi di negeri-negeri yang tak berdosa? Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, dan Libya telah dikuasai dan sekarang Suriah, lalu negara mana lagi yang akan dijadikan tumbal berikutnya? Yaman, Mesir? Atau jangan-jangan negeriku Indonesia menjadi tumbal terakhir? Tak mungkin, tidakkah Indonesia sekarang sudah tunduk bin patuh dengan Amerika Serikat?

Lantas, bagaimana dengan masa depanku bila memang benar ayah akan menunjukku menjadi pengantinya? Tidak mungkin! Itu tidak mungkin! Aku bukan seperti ayah. Aku memang bukan pemeluk agama Islam yang taat tapi aku masih punya naluri kemanusiaan, aku masih memiliki nurani, melihat video tragis yang terjadi pada rakyat Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, dan Libya saja aku tak kuasa menuntaskannya. Bagaimana aku menjadi dalang dalam membantaian itu? Kebebasan? Demi kebebasan mereka membunuh jutaan nyawa, melenyapkan jutaan jiwa. Kebebasan macam apa itu! Setelah negara hancur lebur, kebebasan pun terbatasi dengan aturan-aturan AS-Israel. Ah! Bulshit!

Berarti selama ini apa yang aku makan, apa yang aku nikmati sebagai anak ayah adalah hasil mengenyahkan jutaan orang yang tak berdosa. Mengucurkan darah yang suci. Memilukan anak-anak yang hidup tanpa orang tua. Aku tak mau jadi penerus ayahku. Aku tak ingin seperti ayah!

***

Sudah lima hari ini aku dihantui rasa bersalah. Rekaman video pembunuhan, pembantaian, pemerkosaan massal, tertembaknya seorang balita sampai setengah dari tubuhnya terpisah, seorang ibu tua yang menjadi bulan-bulanan anjing, seorang bapak yang sedang menyelamatkan anaknya dari serangan tentara tak beradab ditembak kaki kanannya hingga terputus, seorang gadis kecil yang tak mampu menyeka air mata di tengah bangunan yang runtuh. Seorang pemuda yang hampir telanjang disetrum habis-habisan hingga sekarat itu selalu lekat dan membayangiku.

Bagaimana ini? Apa yang harus aku jawab bila rahasia ini terbongkar dan aku mendadak terkenal sebagai anak agen Zionis di Indonesia. Anak salah satu dalang yang meluluh-lantakkan kehidupan orang-orang yang menginginkan hidup tenang dan nyaman. Atau justru rahasia ini terbongkar saat aku menggantikan posisi ayahku? Ah! Semakin rumit saja hidupku nanti. Aku tak ingin semua itu. Lebih baik nyawaku sendiri yang raib daripada ribuan bahkan jutaan nyawa yang tak berdosa melayang karena ulah ayahku atau ulahku. Yah, lebih baik aku mati ketimbang hidup megah di atas kesengsaraan jutaan orang. Aku tak kuasa lagi menghirup udara dengan dihantui rasa bersalah. Aku tak sanggup menahan naluri kemanusiaanku saat teringat rekaman video itu. Aku tak sanggup lagi.


Doorr. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar