Sakratulmaut
adalah keadaan seseorang menjelang kematian atau terpisahnya ruh dari jasad. Sakratulmaut
bisa dijadikan acuan seseorang mati dalam keadaan baik atau buruk. Sakratulmaut
memang sangatlah sakit dan berat. Nabi Muhammad SAW pun kala dijemput oleh Izrail,
merasakan rasa sakit yang maha dasyat. Beliau terkesiap, begitu hebatnya derita
sakratulmaut. Beliau meminta supaya seluruh rasa sakit sakratulmaut umatnya
dikumpulkan dan beliau tanggung waktu itu, tapi Allah tidak mengizinkan, hanya
sepersekian persen yang Allah amini. Seorang Muhammad yang tidak lain dan tidak
bukan, kekasih dan utusan Allah masih merasakan ketidaknyamanan sakratul maut. Apalagi
kita? Allahumma Hawwin alaina fi sakartil maut, Ya Allah ringankan beban
sakratulmaut kami.
“Sesungguhnya
Allah SWT akan menerima taubat hamba-Nya selama ia belum menghadapi
sakratulmaut.” Demikianlah hadis
yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar dalam Sunan Tirmidzi. Sakratulmaut adalah
detik-detik yang menentukan ke mana seorang hamba akan berlabuh, surga atau
neraka. Setan sangat sibuk bukan main saat manusia dalam keadaan sakratulmaut. Tipu
daya, buaian, bualan, dan gombalan apapun akan setan lakukan untuk membias dan
mengaburkan iman manusia.
Dalam agama,
kita mengenal talqin. Talqin adalah mendikte seseorang yang
sedang sakratulmaut dengan bacaan tahlil atau kalimat tauhid; Laa
ilaaha illa Allah Muhammadun Rasulullah. Talqin bertujuan agar
iman seseorang yang hendak berpindah ke alam Barzakh selamat dari rayuan
setan, tetap utuh dan mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad
utusan Allah.
Sempat terbesit
di pikiran penulis, alangkah indahnya jika yang mentalqin kita saat
sakratulmaut kelak adalah Rasulullah SAW. Tentu kita tak akan merasakan dahaga,
nyeri, sakit, atau derita apapun lantaran kita berada di pangkuan Rasulullah SAW.
Kepala kita berada di paha kanan beliau, mata kita menatap wajah beliau yang
aduhai amat tampan nun bercahaya. Bibir beliau yang tipis dan wangi mendikte
kita dengan kalimat tauhid. Subhanallah. Adakah cara untuk bisa seperti
itu?
Sebenarnya dalam
sehari kita bersyahadat di pelukan Rasulullah SAW setidaknya 9 kali. Kita ucapkan
Asyhadu anlaa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah
setiap kita duduk tasyahud di salat kita. Dan inti dari duduk tasyahud
adalah mengucapkan kalimat syahadat karena tasyahud artinya persaksian. Kita
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Lalu bagaimana
bisa kita bersyahadat dalam dekapan Rasulullah SAW?
Dalam salat
kita sering sekali lalai dengan apa yang kita baca. Ketika salat, kita layaknya
seseorang yang pingsan, tidur, atau gila yang tak sadar dengan apa yang sedang
kita kerjakan. Sebelum kita melafalkan kalimat syahadat dalam duduk tasyahud,
tidakkah kita beruluk salam terlebih dahulu kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW? Assalamu
alaika ayyuha An-Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh.
Salam yang
kita peruntukkan kepada Rasulullah SAW memakai kata ganti orang kedua yaitu KA
(kamu) dari kata Alaika yang artinya kepadamu. Tentu bila kita menggunakan
kata ganti orang kedua, orang itu ada di hadapan kita. Ya, Rasulullah SAW
selalu hadir memeluk kita saat kita duduk tasyahud dan mendengarkan
pengakuan kalimat syahadat kita. Hanya saja kita tidak sadar dan menyepelekan
bacaan-bacaan dalam salat kita, padahal setiap hari ternyata kita memperbaruhi
iman kita dengan kalimat syahadat di hadapan Rasulullah SAW.
Seandainya kita
selalu sadar, menghayati, dan merasakan kehadiran Rasulullah SAW dalam setiap
salat kita, terlebih saat kita mengucapkan kalimat syahadat, tentu kita tidak
akan risau menghadapi sakratulmaut. Kita jemput maut kita dengan muka riang,
gembira, penuh senyum dan tawa. Tak ada rasa sakit, nyeri, berat, dan dahaga. Mengapa?
Karena setiap hari kita bersyahadat di pelukan Rasulullah SAW, dan semoga saat menghadapi
sakratul maut, kita berada di pangkuan Sang Rasul, Nabi Muhammad SAW. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar