Senin, 04 Mei 2015

Sakratulmaut di Pangkuan Rasul

Sakratulmaut adalah keadaan seseorang menjelang kematian atau terpisahnya ruh dari jasad. Sakratulmaut bisa dijadikan acuan seseorang mati dalam keadaan baik atau buruk. Sakratulmaut memang sangatlah sakit dan berat. Nabi Muhammad SAW pun kala dijemput oleh Izrail, merasakan rasa sakit yang maha dasyat. Beliau terkesiap, begitu hebatnya derita sakratulmaut. Beliau meminta supaya seluruh rasa sakit sakratulmaut umatnya dikumpulkan dan beliau tanggung waktu itu, tapi Allah tidak mengizinkan, hanya sepersekian persen yang Allah amini. Seorang Muhammad yang tidak lain dan tidak bukan, kekasih dan utusan Allah masih merasakan ketidaknyamanan sakratul maut. Apalagi kita? Allahumma Hawwin alaina fi sakartil maut, Ya Allah ringankan beban sakratulmaut kami.

“Sesungguhnya Allah SWT akan menerima taubat hamba-Nya selama ia belum menghadapi sakratulmaut.” Demikianlah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar dalam Sunan Tirmidzi. Sakratulmaut adalah detik-detik yang menentukan ke mana seorang hamba akan berlabuh, surga atau neraka. Setan sangat sibuk bukan main saat manusia dalam keadaan sakratulmaut. Tipu daya, buaian, bualan, dan gombalan apapun akan setan lakukan untuk membias dan mengaburkan iman manusia.

Dalam agama, kita mengenal talqin. Talqin adalah mendikte seseorang yang sedang sakratulmaut dengan bacaan tahlil atau kalimat tauhid; Laa ilaaha illa Allah Muhammadun Rasulullah. Talqin bertujuan agar iman seseorang yang hendak berpindah ke alam Barzakh selamat dari rayuan setan, tetap utuh dan mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.

Sempat terbesit di pikiran penulis, alangkah indahnya jika yang mentalqin kita saat sakratulmaut kelak adalah Rasulullah SAW. Tentu kita tak akan merasakan dahaga, nyeri, sakit, atau derita apapun lantaran kita berada di pangkuan Rasulullah SAW. Kepala kita berada di paha kanan beliau, mata kita menatap wajah beliau yang aduhai amat tampan nun bercahaya. Bibir beliau yang tipis dan wangi mendikte kita dengan kalimat tauhid. Subhanallah. Adakah cara untuk bisa seperti itu?

Sebenarnya dalam sehari kita bersyahadat di pelukan Rasulullah SAW setidaknya 9 kali. Kita ucapkan Asyhadu anlaa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah setiap kita duduk tasyahud di salat kita. Dan inti dari duduk tasyahud adalah mengucapkan kalimat syahadat karena tasyahud artinya persaksian. Kita bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Lalu bagaimana bisa kita bersyahadat dalam dekapan Rasulullah SAW?

Dalam salat kita sering sekali lalai dengan apa yang kita baca. Ketika salat, kita layaknya seseorang yang pingsan, tidur, atau gila yang tak sadar dengan apa yang sedang kita kerjakan. Sebelum kita melafalkan kalimat syahadat dalam duduk tasyahud, tidakkah kita beruluk salam terlebih dahulu kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW? Assalamu alaika ayyuha An-Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh.

Salam yang kita peruntukkan kepada Rasulullah SAW memakai kata ganti orang kedua yaitu KA (kamu) dari kata Alaika yang artinya kepadamu. Tentu bila kita menggunakan kata ganti orang kedua, orang itu ada di hadapan kita. Ya, Rasulullah SAW selalu hadir memeluk kita saat kita duduk tasyahud dan mendengarkan pengakuan kalimat syahadat kita. Hanya saja kita tidak sadar dan menyepelekan bacaan-bacaan dalam salat kita, padahal setiap hari ternyata kita memperbaruhi iman kita dengan kalimat syahadat di hadapan Rasulullah SAW.

Seandainya kita selalu sadar, menghayati, dan merasakan kehadiran Rasulullah SAW dalam setiap salat kita, terlebih saat kita mengucapkan kalimat syahadat, tentu kita tidak akan risau menghadapi sakratulmaut. Kita jemput maut kita dengan muka riang, gembira, penuh senyum dan tawa. Tak ada rasa sakit, nyeri, berat, dan dahaga. Mengapa? Karena setiap hari kita bersyahadat di pelukan Rasulullah SAW, dan semoga saat menghadapi sakratul maut, kita berada di pangkuan Sang Rasul, Nabi Muhammad SAW. Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar